Sahabat Telah kau daki Gunung kemerdekaan Menuju sinar harapan Kehidupan masa depan Menuju kebahagian Sahabat Relung waktu telah lalu Rindu hati ingin bertemu Walau surya telah berlalu Dirimu masih ku tunggu Dalam paruh waktuku Sahabat Aku memuja seraya berdoa Kesehatan dan keberkahan Tetap menyertaimu Bersama KuasaNya Kau akan bahagia Sahabat Ketika hati ini bergeming Gema Adzan berkumandang Dikaulah yang membimbing Ke Surau kecil desa Bersujud kepadaNya Hingga raga ini tenang Sahabat Sukma melemah Jiwa berserah Tak tahu arah Terhentilah darah Sahabat Telah berujung riang Gaung cinta persaudaraan Telah kau tebarkan Mengisi celah darah Terpendam lubuk dalam Sahabat Lukisan kata tepat Hembusan angin bertempat Riasan duniawi bersifat Dalam kota terpadat Semoga masih sempat Citra ini terdapat
PERJALANAN RINDU BERSELIMUTKAN MALAM
Kemerlip lampu berbicara berbisik pada angin yang mendayu Selimut malam berdendang sayu pada bulan yang tersenyum malu-malu kami menunggu mu duhai penguasa taman surga karena cahayanya menenangkan hati yang sibuk berkeluh kesah tapi… dimana deburan ombak yang mengayunkan nelayan laksana ibu yang bernyayi untuk bayinya ? malam ini ku balut rindu dalam selendang biru yang merayu waktu mungkin samudra kali ini akan berbaik hati mendekat sehingga jarak bersahabat dengan cinta dasar sialan, sampai kapan rindu ini akan hilang, kenapa sayap ini tak juga mau mengepak dan terbang malam ini aku menyematkan cinta pada merpati yang terbang mempesona dan temani awan yang berjalan berjinjit dihadapan matahari sehingga teriknya rindu berteduh dalam suara yang mengalun kali ini aku terbang melintasi mega mega dinding waktu lompatan ku jauh lebih cepat daripada jibril dan dentingan lariku secepat embun yang jatuh ke bumi kali ini aku terbang atas nama rindu angin…sampaikan sejuta rindu yang berselimutkan malam
PUISI SHALAWAT KEKASIH DARI YANG PUNYA KASIH
Ketika ini jiwa ku lepas dari penjelahan. Menyisr ruang waktu yang selalu jadi hariban. Ketika bebatu bertasbih memuji tiada henti. Ketika dedaunan yang gugur helai demi helainya dzikir disetiap tarikan. Hari ini. Dimana ketika masa itu rahasia pintu langit tertutup. Dimana ketika masa itu malaikat malik tersenyum takjub. Dimana semesta bershalawat kan kekasih sang maha cinta. Dimana bangsa durjana muram berkeluh kesah tanpa jeda. Shallu ‘ala Muhammad! Allahumma shalli wa sallim wa barik alaih. Salam semesta buat ruh jiwa yang suci. Salam semerdu zanji buat merahnya suci bayi. Salam bersedekap khusyuk akan pecahnya tangis. Telah lahir rahmatan ala'amin penghapus bengis. Bidadari- bidadari tak henti mengipasi bumi. Awn berebut teduh menjadi naungan. Malaikat-malaikat berebut cahaya menyinari. Selaksa makhluk suci bersenandung shalawat tak terhentikan. Rebah sudah jiwa dan ragaku kini. Ketika firmanmu Ya rabb pemilik cinta seutuhnya. Jelas mengocapkan tak kabur syirah sedikitpun. Jka kau mencintaiku maka cintailah dulu kekasih ku muhammad saw. Jadikanlah jiwa ini yang layak pepasir pantai dosanya padamu. Jadikan raga ini yang layak angin berbagai perangai khilafnya pada mu. Selalu dalam cahaya hidayah mu. Selalu dalam gengaman syir ahad mu. Ampuni lah jiwa lemah yang tak luput dari noda. Betapa nikmat dan adzab yang dirimu beri juga bakal kami pertanggung jawabkan di yaumil hisab kelak. LAAILAA HA ILLALLAH, MUHAMMADAR RASULULLAH.
PERMOHONANKU KEPADAMU YA ILAHI
Ya Allah Ya Tuhan-ku, dari Lubuk Hati yang paling dalam hamba memohon.... Sayangilah saudara –saudari dan sahabat-sahabatku, Jadikanlah kehidupannya berlimpah Rahmat, Nikmat dan Ridha- MU, Isilah hari- harinya yang tersisa untuk selalu tunduk pada-MU, Ya Syafii yang Maha menyembuhkan, Sembuhkanlah hati-hati yang terluka dengan kesembuhan dan kebahagiaan dari-MU,.... Balutlah hati-hati yang kesepian dalam dekapan Cinta Kasih MU.... Limpahkanlah Kehangatan dan Sentuhan Kasih-MU untuk hati-hati yang gersang, hati yang kosong , hati yang bingung dan kehilangan tujuan hidup. ... Ya Allah jangan Engkau biarkan hati-hati yang kebingungan tenggelam dalam kebingungannya, Jangan biarkan hati yang berduka tenggelam dalam dukanya... Jangan biarkan hati yang bersedih tenggelam dalam kesedihannya Jangan Biarkan hati yang kecewa tenggelam dalam kekecewaanya... Jangan Biarkan hati yang putus asa tenggelam dalam keputusasaannya.... Sesungguhnya Engkau Maha mengetahui Ya Rabbi, bahwa di lubuk hati yang terdalam Hanya EngkauLah harapan mereka...Maka berikanlah harapan Itu Ya Ilahi... Ulurkanlah tangan-tangan Kasih MU pada mereka... Pada orang-orang yang berharap pada-MU Ya Allah Ya Tuhan- ku..... , Lapangkanlah Kehidupan orang-orang yang kesempitan dengan rezeki yang berkah, agar semakin dalam Syukur-nya pada-MU,... Berikanlah ampunan yang tiada batas untuk orang- orang yang Ingin kembali kejalan –MU, orang-orang yang khilaf dan orang-orang yang pernah berbuat kesalahan.... Ya Allah , Ya Rabbi Muliakan lah dan angkatlah kehormatannya orang-orang yang terhina dan dihina (manusia ), tapi dia adalah orang yang baik dalam pandangan MU.... Ya Allah Ya Tuhanku Kabulkanlah doa orang-orang yang memohon pertolongan- MU.. Ya Allah berikanlah kesembuhan pada saudara- saudaraku yang sakit.... Ya Allah, hilangkan dari dirinya penyakit, kembalikan dia kepada kesehatan dan ke- sembuhan. Bantulah dia dengan sebaik-baik perlindungan, dan kembalikan dia kepada sebaik-baik kesembuhan. Jadikanlah apa saja yang dirasakannya pada waktu sakitnya sebagai pahala untuk kehidupannya dan penghapus atas segala kesalahan-nya. Ya Allah, sampaikan shalawat kepada Muhammad dan keluarga Muhammad. .. Ya Allah Ya Tuhanku, walaupun hamba bukan seorang yang baik dan suci, walaupun hamba tidak sempurna, walaupun hamba begitu jauh dari hamba- hamba mulia Pilihan-MU , hamba mohon kabulkanlah doa ini untuk saudara/saudari dan sahabat- sahabatku semuanya....Kabulkanlah Ya Rabbi.... Ulurkanlah Tangan – MU ...Ulurkanlah kehangatan dan pertolongan- MU ..... Amin...Amin Ya Allah amin Ya Rabbal alamin....
#######WANITA#########
Rasulullah saw. bersabda,“ Tidakkah mau akukabarkan kepada kaliantentangsesuatu yang paling baik dariseorang wanita? (Yaitu)wanita shalihah adalahwanita yang jika dilihat olehsuaminya menyenangkan, jikadiperintah iamentaatinya, dan jikasuaminya meninggalkannya iamenjaga diri dan hartasuaminya. ” ( Abu daud danAn-Nasa'i)
LIDAH MULUT DAN SUARA YANG DI KELUARKAN NYA
suara lisan dengan keruh
~-~- ~-~-~-~-~-~-~-~-~-~-~-
Kalau ada masalah, jika masih ada kesempatan untuk berbicara baik-baik, cobalah untuk mendiskusikan ( membicarakannya, bertukar pikiran) mengenai apa yang diharapkan (diinginkan) untuk penyelesaian. Jangan berdebat (silat lidah), berteriak, atau marah!! Coba kita perhatikan dalam kehidupan kita sehari-hari, teriakan ( amarah, emosi) hanya kita berikan tatkala kita bicara dengan orang yang jauh jaraknya, bukan? Tau tidak, mengapa orang yang marah dan emosional, mengunakan teriakan- teriakan padahal jarak mereka hanya beberapa belas centi meter?! Mudah menjelaskannya. Pada realitanya, meskipun secara fisik mereka dekat tapi sebenarnya hati mereka begitu jauh. Itulah sebabnya mereka harus saling berteriak. Selain itu, dengan berteriak, tanpa sadar mereka pun mulai berusaha melukai serta merusak mental orang yang dimarahi kerena perasaan- perasaan dendam, benci atau kemarahan yang dimiliki. Kita berteriak (dengan amarah) karena kita ingin melukai, kita ingin membalas, iya kan?? ! ***** Satu langkah konkrit untuk memulai upaya menjaga lisan adalah dengan mulai mengurangi jumlah kata-kata. Makin sedikit bicara, makin tipis peluang kesalahan (meredam dan mengelola amarah agar terkendali). "Yang paling aku takutkan bagi ummatku adalah orang munafik yang pandai bersilat lidah." (HR. Abu Ya'la) Sebaliknya makin banyak bicara (dan berteriak-teriak), peluang tergelincirnya lidah semakin lebar. Jika lidah kita telah meluncur tanpa kendali, kehormatan kita seketika akan runtuh. "Kebanyakan dosa anak Adam (adalah) karena lidahnya." (HR. Ath-Thabrani dan Al-Baihaqi) Berbahagialah bagi siapa yang bisa berkata dengan akhlak tinggi (berucap sambil menjaga lisannya). "Seorang Mukmin bukanlah pengumpat, pengutuk, berkata keji, atau berkata busuk." (HR. Bukhari dan Al- Hakim) Selalu berkata baik. Jika tidak, cukup diam saja! Wallahu 'alam! Mohon maaf, semoga ada gunanya jika dirasa ada
SENJA DI BULAN PURNAMA
Senja hari Ketika langit berhenti menangis Ketika sang surya hampir pergi Pergi bersama burung-burung kembali ke peraduannya Ketika itu, aku menatap atap dunia Merah, merona Dihiasi juntaian selendang bidadari-bidadari kayangan Ketika itu kuteringat akan dirinya Dirinya yang telah pergi Pergi meninggalkan diriku Bersama kenangan seindah pelangi Bersama luka semerah langit ini Oh lembayung senja, Betapa cantik kulihat dirimu Betapa anggun pelangi membelaimu Oh, betapa inginnya aku bertemu lagi denganmu Melihat rona indah merahmu Melihat kilau senyum pelangimu.. ----- Bulan purnama Aku berbaring di rerumputan Kurebahkan diriku diantara warna hijau kehitaman Kehitaman karena langitpun hitam Lalu kubuka mataku Kumenatap ke hitamnya atap dunia Kuhela nafasku dalam-dalam Kurasakan dingin merasuki tubuhku Dingin, namun aku merasakan kedamaian Aku merasakan keindahan di balik kegelapan Lalu kulihat dirimu disana, Bersama bintang-bintang kautersenyum padaku Akupun membalas senyumanmu Senyummu menerangi jiwaku Menerangi kembali jiwa yang mati, Membangkitkan kembali harapan yang terkubur Menyatukan kembali mimpi yang terberai... Wahai pemilik senyuman indah, Meskipun senyum bintang- bintang tak kalah indahnya, Tapi senyumulah yang selalu hadir dalam mimpiku Menerangi jiwaku, mengantarku melewati kegelapan ini Oh pemilik senyuman putih dan suci, Bisakah kita bertemu kembali esok malam? Aku ingin melihatmu tersenyum lagi, Karena cuma itu yang mungkin aku lakukan...
MEREDAM KETERSINGGUNGAN
Assalamu'alaikum warohmatullohi wabarokatuh Ikhwan wa akhwat fillah....... Salah satu hal yang sering membuat energi kita terkuras adalah timbulnya rasa ketersinggungan diri. Munculnya perasaan ini sering disebabkan oleh ketidaktahanan kita terhadap sikap orang lain. Ketika tersinggung, minimal kita akan sibuk membela diri dan selanjutnya akan memikirkan kejelekan orang lain. Hal yang paling membahayakan dari ketersinggungan adalah habisnya amal kita. Efek yang biasa ditimbulkan oleh rasa tersinggung adalah kemarahan. Jika kita marah, kata- kata jadi tidak terkendali, stress meningkat, dan lainnya. Karena itu, kegigihan kita untuk tidak tersinggung menjadi suatu keharusan. Apa yang menyebabkan orang tersinggung? Ketersinggungan seseorang timbul karena menilai dirinya lebih dari kenyataan, merasa pintar, berjasa, saleh, tampan, dan merasa sukses. Setiap kali kita menilai diri lebih dari kenyataan bila ada yang menilai kita kurang sedikit saja akan langsung tersinggung. Peluang tersinggung akan terbuka jika kita salah dalam menilai diri sendiri. Karena itu, ada sesuatu yang harus kita perbaiki, yaitu proporsional menilai diri. Teknik pertama agar kita tidak mudah tersinggung adalah tidak menilai lebih kepada diri kita. Misalnya, jangan banyak mengingat-ingat bahwa saya telah berjasa, saya seorang guru, saya seorang pemimpin, saya ini orang yang sudah berbuat. Semakin banyak kita mengaku-ngaku tentang diri kita, akan membuat kita makin tersinggung. Ada beberapa cara yang cukup efektif untuk meredam ketersinggungan. Pertama, belajar melupakan. Jika kita seorang sarjana maka lupakanlah kesarjanaan kita. Jika kita seorang direktur lupakanlah jabatan itu. Jika kita ustadz lupakan keustadzan kita. Jika kita seorang pimpinan lupakanlah hal itu, dan seterusnya. Anggap semuanya ini amanah agar kita tidak tamak terhadap penghargaan. Kita harus melatih diri untuk merasa sekadar hamba Allah yang tidak memiliki apa-apa kecuali ilmu yang dipercikkan oleh Allah sedikit. Kita lebih banyak tidak tahu. Kita tidak mempunyai harta sedikit pun kecuali sepercik titipan Allah. Kita tidak mempunyai jabatan ataupun kedudukan sedikit pun kecuali sepercik yang Allah amanahkan. Dengan sikap seperti ini hidup kita akan lebih ringan. Semakin kita ingin dihargai, dipuji, dan dihormati, akan kian sering kita sakit hati. Kedua, kita harus melihat bahwa apa pun yang dilakukan orang kepada kita akan bermanfaat jika kita dapat menyikapinya dengan tepat. Kita tidak akan pernah rugi dengan perilaku orang kepada kita, jika bisa menyikapinya dengan tepat. Kita akan merugi apabila salah menyikapi kejadian, dan sebenarnya kita tidak bisa memaksa orang lain berbuat sesuai dengan keinginan kita. Yang bisa kita lakukan adalah memaksa diri sendiri menyikapi orang lain dengan sikap terbaik kita. Apa pun perkataan orang lain kepada kita, tentu itu terjadi dengan izin Allah. Anggap saja ini episode atau ujian yang harus kita alami untuk menguji keimanan kita. Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang- orang yang sabar. (Yaitu) Orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji ′ uun. Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhannya, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk. (QS. Al Baqarah: 155-157).
Ketiga, kita harus berempati. Yaitu, mulai melihat sesuatu tidak dari sisi kita. Perhatikan kisah seseorang yang tengah menuntun gajah dari depan dan seorang lagi mengikutinya di belakang Gajah tersebut. Yang di depan berkata, "Oh indah nian pemandangan sepanjang hari". Kontan ia dilempar dari belakang karena dianggap menyindir. Sebab, sepanjang perjalanan, orang yang di belakang hanya melihat pantat gajah. Karena itu, kita harus belajar berempati. Jika tidak ingin mudah tersinggung, cari seribu satu alasan untuk bisa memaklumi orang lain. Namun yang harus diingat, berbagai alasan yang kita buat semata-mata untuk memaklumi, bukan untuk membenarkan kesalahan, sehingga kita dapat mengendalikan diri. Keempat, jadikan penghinaan orang lain kepada kita sebagai ladang peningkatan kwalitas diri dan kesempatan untuk mengamalkan sifat mulia. Yaitu, memaafkan orang yang menyakiti dan membalasnya dengan kebaikan. Jika tidak ingin mudah tersinggung, cari seribu satu alasan untuk bisa memaklumi orang lain. Namun yang harus diingat, berbagai alasan yang kita buat semata-mata untuk memaklumi, bukan untuk membenarkan kesalahan. Jadikan penghinaan orang l...ain kepada kita sebagai ladang peningkatan kwalitas diri dan kesempatan untuk mengamalkan sifat mulia. Yaitu, memaafkan orang yang menyakiti dan membalasnya dengan kebaikan. Mustahil semua orang akan menyukai kita walau kita berbuat baik semaksimal mungkin. Tak usah aneh dan kecewa, terus saja berbuat yang terbaik, karena itulah yang kembali kepada kita Wallahu a′lam bish-shawab. Semoga bermanfa'at. Amiin
DELAPAN KEBOHONGAN IBU. KISAH SORANG TEMAN FACEBOOK
(KISAH NYATAKU) Dalam kehidupan kita sehari- hari, kita percaya bahwa kebohongan akan membuat manusia terpuruk dalam penderitaan yang mendalam, tetapi kisah ini justru sebaliknya. Dengan adanya kebohongan ini, makna sesungguhnya justru dapat membuka mata kita dan terbebas dari penderitaan, ibarat sebuah energi yang mampu mendorong mekarnya sekuntum bunga yang paling indah di dunia. Cerita bermula ketika aku masih kecil, aku terlahir sebagai seorang anak laki-laki di sebuah keluarga yang miskin. Bahkan untuk makan saja, seringkali kekurangan. Ketika makan, ibu sering memberikan porsi nasinya untukku. Sambil memindahkan nasi ke mangkukku, ibu berkata, “ Makanlah nak, aku tidak lapar” - KEBOHONGAN IBU YANG PERTAMA - Ketika aku mulai tumbuh dewasa, ibu memasak sup ikan segar dan mengundang selera. Sewaktu aku memakan sup ikan itu, aku memberikan sebagiannya kepada ibuku. Tetapi ibu dengan cepat menolaknya dan berkata, “ Makanlah nak, ibu tidak suka makan ikan” - KEBOHONGAN IBU YANG KEDUA - Sewaktu aku sudah masuk MTS (SMP), demi membiayai sekolah keempat kakakku, ibu bekerja apa saja salah satunya adalah mengayam tikar, kadang hingga larut malam aku berkata :”Ibu, tidurlah, udah malam, besok pagi ibu masih harus kerja. ” Ibu tersenyum dan berkata, ”Cepatlah tidur nak, ibu tidak capek” - KEBOHONGAN IBU YANG KETIGA - Ketika ujian tiba, ibu rela meninggalkan pekerjaannya supaya dapat menemaniku pergi ujian. Ketika bunyi lonceng berbunyi, menandakan ujian sudah selesai. Ibu dengan segera menyambutku dan menuangkan teh yang sudah disiapkan dalam botol yang dingin untukku. Melihat ibu yang dibanjiri peluh, aku segera memberikan gelasku untuk ibu sambil menyuruhnya minum. Ibu berkata, “Minumlah nak, ibu tidak haus!” - KEBOHONGAN IBU YANG KEEMPAT - Setelah kepergian ayah karena sakit, ibu yang malang harus merangkap sebagai ayah dan ibu. Dengan berpegang pada pekerjaan dia yang dulu, dia harus membiayai kebutuhan hidup sendiri. Tetangga yang ada di sebelah rumah melihat kehidupan kita yang begitu sengsara, seringkali menasehati ibuku untuk menikah lagi. Tetapi ibu yang memang keras kepala tidak mengindahkan nasehat mereka, ibu berkata, “Saya tidak butuh cinta” - KEBOHONGAN IBU YANG KELIMA - Setelah aku, keempat kakakku semuanya sudah bekerja dan berkeluarga, ibu yang sudah tua sudah waktunya menikmati masa tuanya. Tetapi ibu tidak mau, ia rela pergi ke pasar setiap pagi untuk jualan demi memenuhi kebutuhan hidupnya. Kami anak2 nya yang sudah berkeluarga sering memberi sedikit uang untuk membantu memenuhi kebutuhan ibu, tetapi ibu bersikukuh tidak mau menerima uang tersebut. Ibu berkata, “Ibu masih punya duit” - KEBOHONGAN IBU YANG KEENAM – Setelah memasuki usianya yang tua, ibu terkena penyakit strok ringan, harus dirawat beberapa kali di rumah sakit, aku yang berada jauh di Jakarta langsung segera pulang untuk menjenguk ibunda tercinta. Aku melihat ibu yang keliatan sangat tua menatapku dengan penuh kerinduan. Walaupun senyum yang tersebar di wajahnya terkesan agak kaku karena sakit yang dideritanya. Terlihat dengan jelas betapa penyakit itu menjamahi tubuh ibuku sehingga ibuku terlihat lemah. Aku sambil menatap ibuku tak terasa berlinang air mata. Hatiku perih, sakit sekali melihat ibuku dalam kondisi seperti ini. Tetapi ibu dengan tegarnya berkata : “Jangan menangis anakku,Aku tidak merasakan sakit ” - KEBOHONGAN IBU YANG KETUJUH – Setelah kebohongannya yang ketujuh, ibuku tercinta setiap kali aku telpon selalu berpesan dan berdo ’a untukku dan keluargaku agar tetap mengamalkan ilmu yg pernah kudapat, selalu bersyukur dan bersabar dlm menjalani hidup, meski aku jarang menjenguknya beliau selalu berkata: “Anakku, percayalah ibu baik2 saja dan smg kamu bisa istiqomah di jalan Alloh. ” Dan inilah - KEBOHONGAN IBU YANG KEDELAPAN – Dari cerita KISAH NYATAKU di atas, aku percaya ikhwan wa akhwat pasti merasa tersentuh dan ingin sekali mengucapkan : ” Terima kasih ibu dan dgn iringan do ’a: Ya Allah, Rendahkanlah suaraku bagi mereka, Perindahlah ucapanku di depan mereka. Lunakkanlah watakku terhadap mereka dan Lembutkanlah hatiku untuk mereka. Ya Allah, Berilah mereka balasan yang sebaik-baiknya Atas didikan mereka padaku dan Pahala yang besar Atas kesayangan yang mereka limpahkan padaku, Peliharalah mereka Sebagaimana mereka memeliharaku. Ya Allah, Apa saja gangguan yang telah mereka rasakan, atau kesusahan yang mereka derita karena aku, Ampunilah jika mereka ada salah, aku lah yg sesungguhnya bersalah kepadanya. Amiin Dengan linangan air mata, aku tuliskan kisah nyata ini, ASTAGHFIRULLOHAL AZHIM …… Di tengah-tengah aktivitas kita yang padat ini, kita selalu mempunyai beribu-ribu alasan untuk meninggalkan ayah ibu kita yang kesepian. Apakah kita semua pernah mencemaskan kabar dari ortu kita? Di waktu kita masih mempunyai kesempatan untuk membalas budi ortu kita, lakukanlah yang terbaik. Jangan sampai ada kata “MENYESAL” di kemudian hari. Semoga bermanfa’at. Amiin
7KEBIASAAN UNTUK MEMPERKAYA HIDUP
7 Kebiasaan yang Memperkaya Hidup 1. Kebiasaan mengucap syukur. Ini adalah kebiasaan istimewa yang bisa mengubah hidup selalu menjadi lebih baik. Bahkan agama mendorong kita bersyukur tidak saja untuk hal- hal yang baik , tapi juga dalam kesussahan dan hari- hari yang buruk.. Ada rahasia besar dibalik ucapan syukur yang sudah terbukti sepanjang sejarah. Hellen Keller yang buta dan tuli sejak usia dua tahun , telah menjadi orang yang terkenal dan dikagumi diseluruh dunia. Salah satu ucapannya yang banyak memotivasi orang adalah “ Aku bersyukur atas cacat-cacat ini aku menemukan diriku, pekerjaanku dan Tuhanku”. Memang sulit untuk bersyukur,namun kita bisa belajar secara bertahap. Mulailah mensyukuri kehidupan, mensyukuri berkat , kesehatan, keluarga, sahabat dsb. Lama kelamaan Anda bahkan bisa bersyukur atas kesusahan dan situasi yang buruk. 2. Kebiasaan berpikir positif. Hidup kita dibentuk oleh apa yang paling sering kita pikirkan. Kalau selalu berpikiran positif, kita cenderung menjadi pribadi yang yang positif. Ciri-ciri dari pikiran yang positif selalu mengarah kepada kebenaran, kebaikan, kasih sayang, harapan dan suka cita. Sering-seringlah memantau apa yang sedang Anda pikirkan. Kalau Anda terbenam dalam pikiran negatif, kendalikanlah segera kearah yang positif. Jadikanlah berpikir positif sebagai kebiasaan dan lihatlah betapa banyak hal-hal positif sebagai kebiasaan dan lihatlah betapa banyak hal-hal positif yang akan Anda alami. 3. Kebiasaan berempati. Kemampuan berhubungan dengan orang lain merupakan kelebihan yang dimiliki oleh banyak orang sukses. Dan salah satu unsur penting dalam berhubungan dengan orang lain adalah empati, kemampuan atau kepekaan untuk memandang dari sudut pandang orang lain.Orang yang empati bahkan bisa merasakan perasaan orang lain . Orang yang empati bahkan bisa merasakan perasaan orang lain, mengerti keinginannya dan menangkap motif dibalik sikap orang lain. Ini berlawanan sekali dengan sikap egois , yang justru menuntut diperhatikan dan dimengerti orang lain. Meskipun tidak semua orang mudah berempati , namun kita bisa belajar dengan membiasakan diri melakukan tindakan-tindakan yang empatik. Misalnya, jadilah pendengar yang baik, belajarlah menempatkan diri pada posisi orang lain, belajarlah melakukan apa yang Anda ingin orang lain lakukankepada Anda, dsb. 4. Kebiasaan mendahulukan yang penting . Pikirkanlah apa saja yang paling penting, dan dahulukanlah!. Jangan biarkan hidup Anda terjebak dalam hal-hal yang tidak penting sementara hal-hal yang penting terabaikan. Mulailah memilah-milah mana yang penting dan mana yg tidak, kebiasaan mendahulukan yang penting akan membuat hidup Anda efektif dan produktif dan meningkatkan citra diri Anda secara signifikan. 5. Kebiasaan bertindak. Bila Anda sudah mempunyai pengetahuan , sudah mempunyai tujuan yang hendak dicapai dan sudah mempunyai kesadaran mengenai apa yang harus dilakukan , maka langkah selanjutnya adalah bertindak. Biasakan untuk mengahargai waktu, lawanlah rasa malas dengan bersikap aktif. Banyak orang yang gagal dalam hidup karena hanya mempunyai impian dan hanya mempunyai tujuan tapi tak mau melangkah. 6. Kebiasaan menabur benih. Prinsip tabur benih ini berlaku dalam kehidupan. Pada waktunya Anda akan menuai yang Anda tabur. Bayangkanlah , betapa kayanya hidup Anda bila Anda selalu menebar benih ‘ kebaikan’. Tapi sebaliknya, betapa miskinnya Anda bila rajin menabur keburukan. 7. Kebiasaan hidup jujur. Tanpa kejujuran , kita tidak bisa menjadi pribadiyang utuh, bahkan bisa merusak harga diri dan masa depan Anda sendiri. Mulailah membiasakan diri bersikap jujur, tidak saja kepada diri sendir tapi juga terhadap orang lain. Mulailah mengatakan kebenaran, meskipun mengandung resiko. Bila Anda berbohong , kendalikanlah kebohongan Anda sedikit demi sedikit.
INSA ALLAH PENJELASAN TENTANG BID'AH
Bismillahirahmaanirrahiim, Alhamdulillah. Wa shallawatu ‘alaa rasulillahi wa ‘alaa ‘ alihi wa ash habihi waman tabi’ahum bi ihsan ‘illaa yaumiddin. Amma Ba’du. Tak henti-hentinya kita membahas maulid nabi, bukan berarti tidak ada bahasan yang lain, namun sebagai sebuah upaya untuk melawan syubhat-syubhat yang terlontar dan juga jumlah orang yang awam terhadap masalah ini masih lebih banyak daripada orang yang faham terhadap permasalahan maulid ini. Kita mencoba untuk membahas secara lebih baik lagi. Beribadah itu Harus Sesuai dengan Contoh Allah dan Rasul-Nya. Allah berfirman: artinya: “Pada hari ini telah Kusempurnakan bagimu agamamu dan telah Kucukupkan rizqiku bagimu, dan telah Ku-ridhai Islam itu menjadi agama bagimu” (Q.S. Al Maidah : 3) Rasululloh Shallallahu’alaihi wa sallam bersabda dari hadits yang diriwayatkan oleh Aisyah radhiyallahu’anha, “ Barangsiapa yang beramal tanpa bersumber dari kami (Allah dan Rasul- Nya) maka amalnya tertolak”. [HR. Muttafaqun 'alaihi] Dari Amir bin Abdullah ibnuz Zubair dari ayahnya, ia berkata, “Saya berkata kepada az-Zubair, ‘Saya tidak pernah mendengar engkau menceritakan suatu hadits yang engkau terima dari Rasulullah saw. sebagaimana si Anu dan si Anu menceritakannya.’ Zubair berkata, “Ketahuilah, sesungguhnya saya ini tidak pernah berpisah dari beliau saw., tetapi saya pernah mendengar beliau saw. bersabda, ‘Barangsiapa yang berdusta atas namaku, maka hendaklah ia bersedia menempati tempat duduknya di neraka.’” [HR. Bukhari Kitab Ilmu Bab ke-39 hadits no. 72 ] Ini adalah peringatan keras nabi shallallahu’alaihi wa salam yang mana apabila seseorang berbuat yang tidak pernah dicontohkan oleh Allah dan Rasululloh shallallahu’alaihi wa sallam dalam hal ibadah, maka orang tersebut amalannya tertolak, bahkan apabila berdusta atas nama nabi, misalnya mengatakan bahwa sebuah ibadah dan amalan itu berasal dari beliau shallallahu’alaihi wa sallam, maka dia diancam oleh Rasululloh Shallallahu’ alaihi wa sallam untuk masuk ke neraka. Maka dari itu dalam beribadah tidaklah harus baik saja, atau ikhlas. Tetapi juga harus disertai dengan dalil, dengan nash, dengan sumber baik dari Al Qur’an ataupun As Sunnah. Maka dari itu kita sebagai seorang yang berada di jalan Islam hendaknya menjauhi jalan-jalan orang-orang yang disesatkan oleh Allah, yaitu jalan-jalan orang-orang Ahlu Kitab. Yang mana mereka beribadah tanpa dalil, bahkan membuat perkara-perkara sendiri yang tidak pernah diberikan oleh Allah dan Rasul-Nya. Rasululloh Shallallahu’alaihi wa sallam bersabda: “ Barangsiapa yang mengikuti tradisi suatu kaum, maka ia menjadi bagian dari kaum tersebut” [HR. Abu Dawud] Sejarah Maulid Seluruh ulama sepakat bahwa maulid Nabi tidak pernah diperingati pada masa Nabi shallallahu `alaihi wasallam hidup dan tidak juga pada masa pemerintahan khulafaurrasyidin. Lalu kapan dimulainya peringatan maulid Nabi dan siapa yang pertama kali mengadakannya? Al Maqrizy (seorang ahli sejarah islam) dalam bukunya “Al khutath” menjelaskan bahwa maulid Nabi mulai diperingati pada abad IV Hijriyah oleh Dinasti Fathimiyyun di Mesir. Dynasti Fathimiyyun mulai menguasai mesir pada tahun 362 H dengan raja pertamanya Al Muiz lidinillah, di awal tahun menaklukkan Mesir dia membuat enam perayaan hari lahir sekaligus; hari lahir ( maulid ) Nabi, hari lahir Ali bin Abi Thalib, hari lahir Fatimah, hari lahir Hasan, hari lahir Husein dan hari lahir raja yang berkuasa. Kemudian pada tahun 487 H pada masa pemerintahan Al Afdhal peringatan enam hari lahir tersebut dihapuskan dan tidak diperingati, raja ini meninggal pada tahun 515 H. Pada tahun 515 H dilantik Raja yang baru bergelar Al amir liahkamillah, dia menghidupkan kembali peringatan enam maulid tersebut, begitulah seterusnya peringatan maulid Nabi shallallahu `alaihi wasallam yang jatuh pada bulan Rabiul awal diperingati dari tahun ke tahun hingga zaman sekarang dan meluas hampir ke seluruh dunia. Sesungguhnya yang pertama kali mengadakan peringatan maulid adalah Raja Al-Muzhaffar di negeri Syam, pada awal abad ke tujuh hijriah. Sedangkan yang pertama kali mengadakan maulid di Mesir adalah orang-orang Fathimiyun. Mereka ini sebagaimana dikatakan oleh Ibnu Katsir adalah orang-orang kafir, fasik dan fajir (tukang maksiat –pent.). [ Tulisan Syaikh Muhammad bin Jamil Zainu Diterjemahkan dari Minhaj Firqatinnajiyah, Darul Haramain, halaman 108-110. ] Fathimiyah adalah Rafidhah Abu Syamah (ahli hadist dan tarikh wafat th 665 H) menjelaskan dalam bukunya “Raudhatain” bahwa raja pertama dinasti ini berasal dari Maroko dia bernama Said, setelah menaklukkan Mesir dia mengganti namanya menjadi Ubaidillah serta mengaku berasal dari keturunan Ali dan Fatimah dan pada akhirnya dia memakai gelar Al Mahdi. Akan tetapi para ahli nasab menjelaskan bahwa sesungguhnya dia berasal dari keturunan Al Qaddah beragama Majusi, pendapat lain menjelaskan bahwa dia adalah anak seorang Yahudi yang bekerja sebagai pandai besi di Syam. Dinasti ini menganut paham Syiah Bathiniyah; diantara kesesatannya adalah bahwa para pengikutnya meyakini Al Mahdi sebagai tuhan pencipta dan pemberi rezki, setelah Al Mahdi mati anaknya yang menjadi raja selalu mengumandangkan kutukan terhadap Aisyah istri rasulullah shallallahu `alaihi wasallam di pasar- pasar. Kesesatan dinasti ini tidak dibiarkan begitu saja, maka banyak ulama yang hidup di masa itu menjelaskan kepada umat akan diantaranya Al Ghazali menulis buku yang berjudul “Fadhaih bathiniyyah ( borok aqidah Bathiniyyah)” dalam buku tersebut dalam bab ke delapan beliau menghukumi penganutnya telah kafir , murtad serta keluar dari agama islam. Imam Abdul Qohir al-Baghdady ( meninggal tahun 429 H) v berkata : “ Madzhab Bathiniyyah bukan dari Islam, tapi dia dari kelompok Majusi ( penyembah api). (Al-Farqu bainal Firoq oleh al-Baghdady hal. 22 ) Beliau juga berkata : “Ketahuilah bahwa bahayanya Bathiniyyah ini terhadap kaum muslimin lebih besar dari pada bahayanya Yahudi, Nasrani, Majusi serta dari semua orang kafir bahkan lebih dahsyat dari bahayanya Dajjal yang akan muncul di akhir zaman.” ( Ibid hal.282) Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah mengatakan : “ Sesungguhnya Bathiniyyah itu orang yang paling fasik dan kafir. Barangsiapa yang mengira bahwa mereka itu orang yang beriman dan bertakwa serta membenarkan silsilah nasab mereka ( pengakuan mereka dari keturunan ahli bait/Ali bin Abi Tholib,-pent) maka orang tersebut telah bersaksi tanpa ilmu. Allah berfirman : وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ “Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak memiliki pengetahuan tentangnya” (QS. Al-Isra: 36) Dan Allah berfirman : إِلَّا مَنْ شَهِدَ بِالْحَقِّ وَهُمْ يَعْلَمُونَ “Kecuali orang yang bersaksi dengan kebenaran sedang dia mengetahui” (QS.Az-Zukhruf : 86) Para Ulama telah sepakat bahwa mereka adalah orang-orang zindik dan munafik. Mereka menampakkan ke-Islaman dan menyembunyikan kekufuran. Para Ulama juga sepakat bahwa pengakuan nasab mereka dari silsilah ahlul bait tidaklah benar. Para Ulama juga mengatakan bahwa mereka itu berasal dari keturunan Majusi dan Yahudi. Hal ini sudah tidak asing lagi bagi Ulama dari setiap madzhab baik Hanafiyah, Malikiyah, Syafi’ iyah, maupun Hanabilah serta ahli hadits, ahli kalam, pakar nasab dll ( Majmu Fatawa oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah 35 / 120-132) Fakta Sejarah Melihat perjalanan hidup Nabi Shollallohu alaihi was sallam, juga sejarah para sahabat Beliau serta para Tabi’in –semoga Alloh Subhanahu wa Ta’ala ridho kepada mereka semua- demikian juga orang-orang yang mengikuti mereka, bahkan sampai tahun 350 H, maka tidak kita temukan seorangpun dari mereka mengatakan, memerintahkan apalagi mendorong untuk melakukan perayaan hari lahirnya Nabi Shollallohu alaihi was sallam baik itu dari kalangan ulama, tidak juga hakim bahkan sampai masyarakat biasa. Al- Hafidz Ash-Sakhowi dalam fatwanya mengatakan: “ memperingati hari kelahiran Nabi Shollallohu alaihi was sallam tidak pernah dinukil dari seorangpun kalangan as-salaf ash-sholih (para pendahulu dari kalangan sahabat Nabi dan orang-orang yang mengikuti mereka) hingga sekitar tahun 300- an Hijriah, akan tetapi perbuatan itu diketemukan setelah tahun tersebut”. Dengan demikian ada soal penting yang perlu dijawab yaitu: “Kapan perbuatan ini pertama kali terjadi? Dan siapa yang pertama kali melakukannya? Apakah dari kalangan ulama, atau hakim atau raja-raja yang merupakan penerus-penerus ahli sunnah dan orang-orang yang mengikuti mereka? Atau orang lain di luar mereka? Pertanyaan di atas dijawab oleh seorang ahli sejarah yang berpegang teguh kepada sunnah, yaitu al-Imam Al-Maqrizi (semoga Alloh merahmatinya), yang mengatakan dalam bukunya: Al-Khutut jilid 1 hal 490 dan setelahnya sebagai berikut : “ Hari-hari yang dijadikan oleh penguasa Fatimiyah sebagai perayaan, keadaan-keadaan rakyatnya dan kemeriahan-kemeriahan pada hari itu”. Beliau berkata: “ Penguasa Fatimiyah dalam sepanjang tahun mempunyai hari- hari raya dan perayaan yaitu, akhir tahun, awal tahun, hari Ashuro (1-10 dzilhijjah), kelahiran Nabi Shollallohu alaihi was sallam, kelahiran Ali ibn Abi Tholib -semoga Alloh ridho kepadanya-, kelahiran Hasan dan Husein –semoga keselamatan dilimpahkan kepada mereka berdua-, kelahiran Fatimah binti Zahro – semoga keridhoan Alloh dilimpahkan kepadanya-, kelahiran penguasa, malam awal bulan rojab, malam pertengahan bulan rojab, perayaan malam romadhon, perayaan awal romadhon, akhir romadhon, perayaan malam penutupan romadhon, idhul fitri, idhul adha, perayaan Al-Ghodir, perayaan kiswatus Syita, ulang tahun, perayaan khomisul a’ das, dan perayaan hari-hari rukubaat”. Maka berdasarkan sejarah yang pertama kali mengadakan peringatan maulid Nabi adalah bani Ubaid yang terkenal dengan sebutan orang-orang Fatimiah. Bagaimana perkataan para ulama tentang daulah Fatimiah Al-Ubaidiah yang telah menciptakan peringatan ini?. Al-Imam Abi Syaamah seorang ahli sejarah masa sekarang yang juga penulis buku: Ar-Roudhoutaini fi Akhbaari Ad- Daulatain (Dua Taman Mengenai Berita- berita Dua Daulah)” hal: 200-202 mengatakan tentang orang-orang Fatimiah Al-Ubaidiah: “ Mereka menampakkan kepada orang-orang bahwa dirinya adalah orang-orang yang mulia Fatimiah, hingga selanjutnya mereka menguasai negeri dan memaksa hamba-hamba Alloh. Beberapa ulama- ulama besar telah menyebutkan bahwa mereka tidaklah mempunyai hak untuk itu termasuk juga klaim mereka sebagai keturunan Fatimah – semoga Alloh ridho kepada Beliau-. Justru mereka dikenal dengan bani Ubaid. Dimana orang tua Ubaid ini merupakan keturunan Majusi (Bangsa Penyembah Api)pent yang menyimpang dari kebenaran. Ada juga yang mengatakan bahwa orang tua Ubaid adalah orang Yahudi dari keluarga Salimah yang berasal dari negeri Syam (Syiria), dan dia seorang pandai besi. Dahulu Ubaid ini bernama Sa’id, ketika ia masuk ke Magrib (Maroko) ia dipanggil dengan nama Ubaidillah, dan mengaku bahwa dirinya adalah keturunan Fatimah, padahal hal ini tidaklah benar (tidak ada satupun penulis-penulis silsilah keturunan yang menyebutkan bahwa dia merupakan keturunan Fatimah, bahkan sekelompok ulama menyebutkan hal yang sebaliknya). Selanjutnya keadaan menjadi lunak kepadanya, sampai kemudian ia menjadi raja dengan gelar Al-Mahdi. Pada langkah selanjutnya keturunannya membangun silsilah (Al- Mahdiah) di Maroko yang disandarkan kepadanya, dimana mereka adalah orang-orang yang zindiq dan jelek. Menjadi musuh Islam dan merupakan pendukung Syiah secara sembunyi- sembunyi, sangat berambisi untuk menghilangkan jalan Islam, membunuh banyak para ahli fikih dan ahli hadist, dengan tujuan membiarkan orang-orang hidup seperti binatang ternak, sehingga mudah untuk menyebarkan aqidah mereka, maka rusak dan sesatlah orang- orang. Akan tetapi Alloh akan selalu menyempurnakan cahaya-Nya sekalipun orang-orang kafir benci. Keturunan- keturunan mereka terus berkembang. Mereka menampakkan diri jika ada kesempatan dan bersembunyi apabila keadaan tidak memungkinkan. Dai-dai mereka terus bergerak menyesatkan manusia. Hingga tinggallah musibah ini dalam Islam sejak awal dan akhir kekuasaan mereka (bulan dzil hijjah tahun 299 H sampai 567 H). Natal adalah Maulid Natal adalah hari kelahiran. Maulid juga hari kelahiran, lalu kenapa kalau dikatakan Maulid Nabi adalah Natal Nabi orang Islam marah? Itu karena kebodohan mereka. Maulid itu artinya hari kelahiran, sama saja dengan Natal tidak ada bedanya. Justru mereka yang marah dikatakan bahwa Maulid adalah Natal perlu belajar lagi. Sejarah Natal Kata Christmas (Natal) yang artinya Mass of Christ atau disingkat Christ-Mass, diartikan sebagai hari untuk merayakan kelahiran “Yesus”. Perayaan yang diselenggarakan oleh non-Kristen dan semua orang Kristen ini berasal dari ajaran Gereja Kristen Katolik Roma. Tetapi, dari manakah mereka mendapatkan ajaran itu? Sebab Natal itu bukan ajaran Bible (Alkitab), dan Yesus pun tidak pernah memerintah para muridnya untuk menyelenggarakannya. Perayaan yang masuk dalam ajaran Kristen Katolik Roma pada abad ke empat ini adalah berasal dari upacara adat masyarakat penyembah berhala. Berikut adalah penjelasan dari Katolik Roma dalam Catholic Encyclopedia, edisi 1911 , dengan judul “Christmas”, anda akan menemukan kalimat yang berbunyi sebagai berikut: ” Natal bukanlah diantara upacara-upacara awal Gereja … bukti awal menunjukkan bahwa pesta tersebut berasal dari Mesir. Perayaan ini diselenggarakan oleh para penyembah berhala dan jatuh pada bulan Januari ini, kemudian dijadikan hari kelahiran Yesus.” Dalam Ensiklopedi itu pula, dengan judul “Natal Day,” Bapak Katolik pertama, mengakui bahwa: “Di dalam kitab suci, tidak seorang pun yang mengadakan upacara atau menyelenggarakan perayaan untuk merayakan hari kelahiran Yesus. Hanyalah orang-orang kafir saja (seperti Firaun dan Herodes) yang berpesta pora merayakan hari kelahirannya ke dunia ini. ” Encyclopedia Britannica, yang terbit tahun 1946 , menjelaskan sebagai berikut: ” Natal bukanlah upacara - upacara awal gereja. Yesus Kristus atau para muridnya tidak pernah menyelenggarakannya, dan Bible ( Alkitab) juga tidak pernah menganjurkannya. Upacara ini diambil oleh gereja dari kepercayaan kafir penyembah berhala.” Yesus tidak lahir pada 25 Desember Di ensiklopedi mana pun atau juga di kitab suci Kristen sendiri akan mengatakan kepada kita bahwa Yesus tidak lahir pada tanggal 25 Desember. Catholic Encyclopedia sendiri secara tegas dan terang-terangan mengakui fakta ini. Tidak seorang pun yang mengetahui, kapan hari kelahiran Yesus yang sebenarnya. Benarkah Rasululloh Shallallahu’alaihi wa sallam lahir pada 12 Rabi’ul Awwal? Malam kelahiran Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam tidak diketahui secara qath’i ( pasti), bahkan sebagian ulama kontemporer menguatkan pendapat yang mengatakan bahwasannya ia terjadi pada malam ke 9 ( sembilan) Rabi’ul Awwal dan bukan malam ke 12 ( dua belas). Jika demikian maka peringatan maulid Nabi Muhammad shallallahu’ alaihi wa sallam yang biasa diperingati pada malam ke 12 ( dua belas) Rabi’ul Awwal tidak ada dasarnya, bila dilihat dari sisi sejarahnya. Di lihat dari sisi syar’ i, maka peringatan maulid Nabi shallallahu’alaihi wa sallam juga tidak ada dasarnya. Jika sekiranya acara peringatan maulid Nabi shallallahu’alaihi wa sallam disyari’atkan dalam agama kita, maka pastilah acara maulid ini telah di adakan oleh Nabi shallallahu’alaihi wa sallam atau sudah barang tentu telah beliau anjurkan kepada ummatnya. Dan jika sekiranya telah beliau laksanakan atau telah beliau anjurkan kepada ummatnya, niscaya ajarannya tetap terpelihara hingga hari ini, karena Allah ta’ala berfirman : artinya:”Sesungguhnya Kami-lah yang telah menurunkan Al Qur’an dan sesungguhnya Kami benar- benar memeliharanya”. (Q.S; Al Hijr : 9). Sebenarnya para ahli sejarah berbeda pendapat tentang bulan kelahiran nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, ada yang mengatakan nabi dilahirkan pada bulan ramadhan, namun mayoritas mereka mengatakan bahwa nabi Shallallahu ‘ alaihi wa sallam dilahirkan pada bulan rabiul awwal. Kemudian mereka juga berbeda pendapat tentang tanggal kelahiran nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ibnu Abdil barr mengatakan beliau lahir pada tanggal dua, ada yang mengatakan tanggal delapan, ini didukung oleh ibnu Hazm dan kebanyakan ahli hadits, ada yang mengatakan pada tanggal sembilah, ini dikuatkan oleh abul hasan an-Nadawi dan zahid al-kaustari, ada yang mengatakan tanggal sepuluh, ini dikatakan oleh al- Baqir, ada yang mengatakan pada tanggal dua belas, ini ditegaskan oleh Ibnu Ishaq, ada yang mengatakan tanggal tujuh belas, dan ada yang mengatakan tanggal delapan belas rabi’ ul awwal. Ini menunjukkan bahwa para sahabat tidak begitu memperhatikan tanggal kelahiran nabi, karena tidak ada ibadah yang berkaitan dengan hari kelahirannya, sebab kalau seandianya ada, niscaya diriwayatkan kepada kita. Kemudian perlu diketahui bahwa tanggal dua belas rabi’ul awal juga merupakan hari meninggalnya rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, jadi bergembira pada hari itu tidak lebih baik dari bersedih, selain itu bila diperhatikan, peringatan maulid nabi banyak menyebar di Negara-negara yang bertetangga dengan Kristen, seperti di suriah dan mesir. Orang-orang nasrani merayakan hari kelahiran Isa u, dan itu merupakan sebab orang-orang islam mengadakan perayaan hari besar karena mengikuti tradisi mereka. Kecintaan kepada nabi SAW bukan dibuktikan dengan memperingati hari kelahirannya, namun dengan mengikuti sunnahnya, melaksanakan perintahnya dan menjauhi larangannya, dan gembira dengan nabi SAW bukan hanya pada waktu-waktu tertentu, seperti hanya di bulan rabi’ul awal, tetapi sepanjang masa. Nabi saw telah melarang umatnya berlebihan dalam memuji dan mengagungkan beliau, beliu bersabda: janganlah kalian belebihan terhadapku sebagaimana orang nasrani berlebihan terhadap putera Maryam, aku tidak lain hanyalah hamban Allah, maka katakanlah: hamba Allah dan rasulnya. (HR. Bukhari) Kembali kepada hukum merayakannya apakah termasuk bid’ah atau bukan, memang secara umum para ulama salaf menganggap perbuatan ini termasuk bid’ah. Karena tidak pernah diperintahkan oleh Rasulullah SAW dan tidak pernah dicontohkan oleh para shahabat dan salafussalih. Berangkat dari dasar ini, sebagian umat Islam dan ormas pun tidak menjadikan peringatan maulid sebagai tradisi kegiatan. Namun realitas di dunia Islam, ternyata fenomena tradisi maulid Nabi itu tidak hanya ada di Indonesia, tapi merata di hampir semua belahan dunia Islam. Kalangan awam diantar mereka barangkali tidah tahu asal-usul kegiatan ini. Tapi mereka yang sedikit mengerti hukum agama berargumen bahwa perkara ini tidak termasuk bid`ah yang sesat karena tidak terkait dengan ibadah mahdhah / ritual peribadatan dalam syariat. Buktinya, bentuk isi acaranya bisa bervariasi tanpa ada aturan yang baku. Semangatnya justru pada momentum untuk menyatukan semangat dan gairah ke-Islaman. Diantara mereka ada yang berujjah dengan sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari. Hadits itu menerangkan bahwa pada setiap hari senin, Abu Lahab diringankan siksanya di neraka dibandingkan dengan hari-hari lainnya. Hal itu dikarenakan bahwa saat Rasulullah SAW lahir, dia sangat gembira menyambut kelahirannya sampai-sampai dia merasa perlu membebaskan budaknya yang bernama Tsuwaibatuh Al-Aslamiyah. Kegembiraan orang tidak beriman ini atas kelahiran Rasulullah SAW sudah cukup mendapatkan ganjaran berupa keringanan siksa di neraka. Apalagi orang Islam yang bergembira dengan kelahiran Nabinya. Namun rasanya hujjah ini tidak terlalu kuat, karena tidak mengandung ajaran atau tuntunan dengan perayan maulid itu sendiri. Selain itu, Rasulullah SAW belum lagi menjadi seorang Nabi yang membawa risalah. Padahal yang termasuk dalam tasyri’ adalah perbuatan, perkataan dan taqrir Rasulullah SAW saat menjadi Nabi. Kebanyakan bacaan yang dibaca dalam peringatan maulid nabi yang berupa pujian kepada beliau sangat berlebihan, dan ini diakui oleh orang yang mendukung peringatan maulid nabi itu sendiri, terutama ketika sebagian orang mengarang buku tentang peringatan maulid nabi, kemudian mereka membuat-buat hadits palsu untuk mendukung perbuatannya. Salah seorang tokoh sufi di abad ini yaitu Abdullah al-Ghimari berkata: (( “… buku- buku tentang maulid nabi dipenuhi oleh hadits-hadits palsu, dan ini telah menjadi keyakinan kuat bagi kalangan awam, aku berharap semoga Allah memberi taufik kepadaku untuk menulis buku tentang maulid nabi, yang terbebas dari dua hal yaitu: hadits- hadits palsu, dan sajak yang dipaksakan … jadi berlebihan dalam mumuji itu tercela, berdasarkan firman Allah swt: (( janganlah kalian berlebihan dalam agama kalian)), dan juga orang yang memuji nabi saw dengan suatu hal yang tidak ada dasarnya dari nabi saw maka ia telah berbohong, sehingga ia termasuk orang yang diancam dalam hadits: barangsiapa yang sengaja berdusta kepadaku maka hendaklah ia menyiapkan tempatnya di neraka. Intinya para ulama berbeda pendapat tentang hari kelahiran nabi, diantaranya adalah: a. 2 Robi’ul Awwal. Disebutkan Ibnu Abdil Baar didalam “al- Istii’aab” b. 8 Robi’ul Awwal. Diceritakan al-Humaidy dari Ibnu Hazm. c. 10 Robi’ul Awwal. Dinukilkan Dihyah didalam bukunya “at-Tanwir fi Maulidil Basyir an- Nadziir”. d. 12 Robi’ul Awwal. Disebutkan Ibnu Ishaq, dan inilah yang terkenal sebagai pendapat mayoritas ulama. e. Bulan Ramadhan, tanggalnya pun diperselisihkan . Silahkan anda cermati pendapat-pendapat ini didalam “al- Bidayah wan Nihayah”(2/265), juga “al- Mi’yar al-Mu’rib”(7/100) karya al- Wansyriisi. Hadits Palsu tentang Maulid Nabi “Barangsiapa yang merayakan hari kelahiranku, maka aku akan menjadi pemberi syafa’atnya dihari Kiamat. dan berangsiapa yang menginfaqkan satu dirhaam untuk maulidku maka seakan- akan dia telah menginfaqkan satu gunung emas di jalan Allah.” Perkataan Serupa juga dinisbatkan kepada Abu Bakar, Umar, Utsman dan Ali bin Abi Tholib Radhiallahuanhum, sebagaimana dalam kitab Madarij as-Shu’udh hlm.15 karya Syaikh Nawawi Banten. (Lihat Hadist-Hadist bermasalah Prof. Ali Mustofa ya’qub hlm.102) TIDAK ADA ASALNYA. Bagaimana mungkin hadist ini shohih, sedangkan perayaan maulid tidak pernah dicontohkan Rosulullah Shalallahu Alaihi Wassalam dan para sahabatnya?! Al-Imam Ahmad bin al- Miqrizi asy-Syafi’i-seorang ulama ahli sejarah- mengatakan: “Para kholifah fathimiyun mempunyai perayaan yang bermacam-macam setiap tahunnya, perayaan tahun baru, perayaan Asyuro’, perayaan maulid Nabi, maulid Ali bin Abi Tholib, Maulid Hasan, maulid Husain, Maulid Fatimah az-Zahro….” (al-Mawaidz wal I’tibar bi Dzikril Khuthhathi wal Atsar (1 /490). Ketika Syaikh Abu Ubaidah masyhur bin hasan Alu Salman,- Salah seorang murid Syaikh al-Albani- ditanya tentang hadist ini, beliau menjawab: “Ini merupakan kedustaan kepada Rasulullah yang hanya dibuat-buat oleh para Ahlu Bid’ah.” Kepada para saudara kami yang berhujjah dengan hadist ini, kami katakan: “Dengan tidak mengurangi penghormatan kami, datangkan kepada kami sanad hadist ini agar kami mengetahuinya!!!” Hadist tersebut adalah dusta, tidak berekor dan tidak berkepala (takni tanpa sanad). Aneh dan lucunya bila seseorang yang melariskan hadist ini berkata: “Walaupun hadist ini lemah, tetapi bisa dipakai dalam fadhoilul A’mal”! Hanya kepada Alloh kita mengadu dari kejahilan manusia di akhir Zaman! (Dinukil dari buku “ Mengkritisi hadist-Hadist Populer” Karya Abu Ubaidah Yusuf as-Sidawi) Kesepakatan Ulama atas Tidak Pernah diajarkannya Maulid kepada Para Shahabat Syeikhul Islam Ibnu Taymiyyah dalam kitabnya “Iqtidlous Sirotul Mustaqim Mukholafata Ashabil Jahim” Hal: 295 tentang Maulid Nabawy: “Tidak pernah dilakukan oleh as salafus sholeh padahal dorongan untuk diadakannya perayaan ini sudah ada, dan tidak ada penghalangnya, sehingga seandainya perayaan ini sebuah kebaikan yang murni atau lebih besar, niscaya as salaf (ulama’ terdahulu) -semoga Allah meridloi mereka- akan lebih giat dalam melaksanakannya daripada kita, sebab mereka lebih dari kita dalam mencintai Rosulullah dan mengagungkannya, dan mereka lebih bersemangat dalam mendapatkan kebaikan. Dan sesungguhnya kesempurnaan rasa cinta dan pengagungan kepada beliau terletak pada sikap mengikuti dan mentaati perintahnya, dan menghidupkan sunnah- sunnahnya, baik yang lahir ataupun batin, serta menyebarkan ajarannya, dan berjuang dalam merealisasikan hal itu dengan hati, tangan dan lisan. Sungguh inilah jalannya para ulama’ terdahulu dari kalangan kaum muhajirin dan anshor yang selalu mengikuti mereka dalam kebaikan”. Dan silahkan baca pernyataan beliau dalam kitab “Al Fatawa Al Misriyah” 1/312. Al Maliky dalam hasiyahnya terhadap kitab “Mukhtashor As Syikh Kholil Al- Maliky” 7/168, dalam pembahasan Al Washiyah, beliau menyatakan: “Adapun berwasiat untuk perayaan al maulid as syariif, maka Al fakihany telah menyebutkan bahwa perayaan maulid adalah makruh hukumnya” Abu Abdillah Muhammad Ulaisy dalam kitabnya “Fathu Al Aly Al Malik Fi Al Fatawa Ala Mazhab Al Imam Malik” 1/171 ketika ditanya tentang seorang lelaki yang memiliki seekor sapi yang sedang sakit, padahal dia sedang hamil, lalu orang itu berkata ” Kalau Allah menyembuhkan sapiku, maka wajib atasku untuk menyembelih anak yang di dalam perutnya ketika acara maulid Rosulillah, dan kemudian Allah menyembuhkan sapinya dan melahirkan anak betina, kemudian dia menunda penyembelihan sampai anak sapi tersebut besar dan hamil, apakah wajib atasnya untuk menyembelih sapi tersebut atau boleh menyembelih penggantinya atau dia tidak berkewajiban apa-apa ? Maka beliau menjawab pertanyaan ini dengan mengatakan : “Alhamdulillah, dan sholawat dan salam semoga terlimpahkan kepada sayidina Muhammad Rosulillah, dia tidak berkewajiban apa-apa, karena perayaan maulid Rosulillah tidaklah disunnahkan”. Ungkapkan pengarang kitab “Al Mi’yar Al Maqhrib” Dalam nukilannya terhadap jawaban salah seorang ulama Maqhrib “ Ustadz Abu ‘Abdillah Al Hiar” terhadap sebuah pertanyaan yang ditujukan kepadanya tentang seseorang yang mewakafkan sebatang pohon untuk malam maulid, kemudian orang tersebut meninggal, lalu anaknya ingin mengambil pohon tersebut?, berdasarkan apa yang telah ditetapkannya bahwa melakukan maulid pada malam tersebut adalah Bid’ah, mewakafkanan pohon tersebut adalah satu sebab masih berlangsungnya perbuatan tersebut, yang tidak ada anjuran dalam agama untuk melakukannya, sedangkan menghapus dan mencegahnya adalah di tuntut dalam agama, kemudian ia menambahkan lagi, bahwa malam maulid di zamannya dilakukan dengan tatacara kaum fakir(), sebagai mana dalam ungkapan beliau: “cara-cara mereka pada saat ini telah mencemari agama, karena kebiasaan mereka dalam perkumpulan tersebut hanya menyanyi dan bersorak-sorai, mereka telah mempengaruhi orang-oramg awam kaum muslimin bahwa hal yang demikian adalah ibadah yang sangat agung untuk dilakukan pada waktu tersebut, dan merupakan jalan para wali Allah, sedangkan kenyataan mereka adalah kaum yang bodoh, yang mana diantara mereka banyak yang tidak mengetahui hukum-hukum yang diwajibkan kepadanya dalam sehari-hari, sebenarnya mereka adalah para pesuruh setan untuk menyesatkan orang awam kaum muslimin, dengan menghiasi kebatilan kepada mereka, mereka telah memasukan kedalam agama Allah sesuatu yang tidak termasuk kedalamnya, karena bernyanyi dan bersorak-sorai adalah termasuk dalam senda-gurau dan main-main, mereka menganggap hal yang demikian adalah perbuatan para wali Allah, ini adalah suatu kebohongan dibuat di atas nama mereka, sebagai salah satu jalan bagi mereka untuk memakan harta manusia dengan cara haram, karena itu kebiasaan mereka adalah menyendiri supaya mereka bebas melakukan hal-hal yang dilarang, maka apa yang diwakafkan untuk hal tersebut hukumnya batil karena tidak menurut cara yang benar ( disyari’atkan oleh agama), maka dianjurkan bagi orang yang berwakaf tadi untuk mengalihkan wakafnya kepada hal lain yang dianjurkan dalam syari’at, kalau seandainya ia tidak mampu maka hendaklah ia ambil untuk dirinya sendiri, semoga Allah menuntun kita selalu untuk mengikut sunnah nabiNya Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam , dan mengikuti para salaf sholih karena keselamatan terdapat dalam langkah mereka”. Ungkapan Syehk Abdul Latif bin Abdur Rahman bin Hasan cucu dari Syaikh Islam Muhammad bin Abdul Wahab dalam keterangannya tentang apa yang dilakukan oleh Syehk Muhammad bin Abdul Wahab dalam berda’wah kepada kebenaran, inilah ungkapan beliau tersebut: “sang imam Muhammad bin Abdul Wahab melarang kebiasaan orang-orang di negri tersebut dan daerah lainnya dari membesarkan hari maulid dan hari-hari besar jahiliyah lainnya, yang tidak ada dalil yang memerintahkan untuk membesarkannya, dan tidak pula keterangan dan hujah syar’iyah, karena hal yang demikian adalah menyerupai umat nasroni (kristen) yang sesat dalam hari besar mereka baik secara waktu maupun tempat, ini adalah kebatilan yang ditolak dalam syari’at penghulu segala rasul (agama Islam), di kutib dari “kumpulan risalah dan masalah para ulama nejed” hal: (4 / 440). Jawaban Syehk Abdur Rahman bin Hasan terhadap sebuah pertanyaan yang dikemukakan kepada beliau tentang mengkhususkan hari maulid dengan berkorban, yang mereka sebut “nafilah” Dan apa yang dilakuakn pada tanggal 27 rajab mengkhususkannya dengan berpuasa dan berkoban pada hari tersebut, kemudian amalan malam nisfu sya’ban seperti itu juga, apakah hal tersebut haram dilakukan atau makruh atau mubah (boleh)?, apakah wajib bagi pemerintah dan ulama untuk mencegahnya?, apakah mereka berdosa bila diam terhadap hal tersebut?, beliau menjawab: “semua hal tersebut adalah Bid’ah, sebagaimana yang terdapat dalam sabda Nabi , bahwa beliau berkata: “Barang siapa yang menambah-nambah dalam urusan kami ini (agama ini), sesuatu yang tidak termasuk kedalamnya, maka hal tersebut adalah ditolak”. Dan dalam sabda beliau yang lain disebutkan: “Hati-hatilah kalian terhadap sesuatu hal yang baru dalam agama ini, sesungguhnya segala hal yang baru dalam agama adalah Bid’ah, dan setiap Bid’ah itu adalah sesat”.Dan segala ibadah harus berdasarkan pada perintah atau larangan serta mengikuti sunnah, sedangkan perkara yang di singgung di atas (pelaksanaan maulid), tidak pernah disuruh oleh rasulullah saw, dan tidak pernah dilakukan oleh khalifah ar-rosyidin, sahabat dan para tabi’in, telah disebutkan dalam hadist yang shohih: “Barang siapa yang melakukan suatu amalan (ibadah) yang tidak ada contoh dari kami maka amalan tersebut ditolak”.Sedangkan segala macam bentuk ibadah yang disinggung diatas tidak ada contoh dari rasulullah saw, makanya ditolak dan wajib diingkari, karena ia termasuk dalam hal yang dilarang Allah dan rasulNya. Sebagaiman firman Allah Subahanhu wa Ta’ala: “ Apakah mereka itu memiliki tandingan- tandingan yang membuat syari’at agama bagi mereka yang tidak pernah diizinkan Allah” [Asy syuura: 12]. Sedangkan segala macam ibadah yang disebut di atas adalah bikinan orang-orang bodoh tampa petunjuk dari Allah, hanya Allah swt yang lebih mengetahui”. (Dinukil dari kumpulan risalah dan masalah para ulama nejed bagian II. Hal: [ 4 / 357- 358 ] Jawaban Syaikh Muhammad bin Abdul Latif ketika beliau di tanya tentang hukum mengeluarkan harta untuk acara maulid nabi. Beliau menjawab “perbuatan maulid adalah perbuatan bid’ah, mungkar dan jelek, mengeluarkan harta untuk perbuatan tersebut adalah bid’ah yang diharamkan, dan orang yang melakukannya adalah berdosa, maka wajib dicegah orang yang melakukannya. (dinukil dari “ad-durar as- sunniyah” Hal: ( 7 / 285 ). Jawaban Imam Asy Syatiby ketika ditanya tentang hal ini. Beliau menjawab “ adapun yang pertama yaitu mewasiatkan sepertiga harta untuk pelaksanaan maulid sebagaimana yang banyak dilakukan manusia ini adalah bid’ ah yang diada-adakan, setiap bid’ah itu adalah sesat, bersepakat untuk melakukan bid’ah tidak boleh, dan wasiatnya tidak dilakukan, bahkan diwajibkan kepada qodhi untuk membatalkannya dan mengembalikan sepertiga harta tersebut kepada ahli waris supaya mereka bagi sesama mereka, semoga Allah menjauhkan para kaum fakir dari menuntut supaya dilaksanakannya wasiat seperti ini. ( dikutib dari fatwa Asy syatiby, no: ( 203 , 204 ). Ungkapkan Syaikh Muhammad Abdussalam khadhar al qusyairy dalam kitabnya “as sunan wal mubtadi’aat al muta’alliqah bil azkar wash sholawaat” Hal: 138-139. Dalam fasal: membicarakan bulan Robi’ul awal dan bid’ah melakukan maulid pada waktu itu. “tidak boleh mengkhususkan bulan ini (Rabi’ul awal) dengan berbagai macam ibadah seperti sholat, zikir, sedekah, dll. Karena musim ini tidak termasuk hari besar Islam seperti hari jum’at dan hari lebaran yang telah ditetapkan oleh Rasulullah saw, bulan ini memang bulan kelahiran Nabi Muhammad saw, tapi juga merupakan bulan wafatnya nabi Muhammad saw, kenapa mereka berbahagia atas kelahirannya tapi tidak bersedih atas kematiannya?, menjadikan hari kelahirannya sebagai perayaan maulid adalah bid’ah yang mungkar dan sesat, tidak diterima oleh syara’ dan akal, kalau sekiranya ada kebaikan dalam melakukannya tentu tidak akan lalai dari melakukannya Abu bakar, Umar, Ustman dan Ali serta para sahabat yang lainnya, dan para tabi’iin serata para ulama yang hidup setelah mereka, maka tidak ragu lagi yang pertama melakukannya adalah kelompok sufisme yang tidak punya kesibukan yang senang melakukan bid’ah kemudian diikuti oleh manusia-manusia lainnya, kecuali orang yang diselamatkan Allah serta di beri taufiq untuk memahami haqiqat agama Islam. Perkataan Ibnul Hajj dalam kitab “Al Madkhal” Hal: ( 2 / 11 , 12 ) setelah ia menyinggung kebiasaan-kebiasaan jelek yang dilakukan oleh orang-orang dizamanya dalam melaksanakan maulid, dan berbagai kebinasaan yang ditimbulkan akibat pelaksanaan tersebut, “sekalipun tidak terdapat dalam pelaksanaan maulid tersebut nyanyi-nyanyian, cukup sekedar acara makan bersama saja dengan maksud melaksanaka maulid, bersamaan dengan itu mengajak teman-teman, maka hal tersebut tetap merupakan bid’ah walaupun hanya sebatas niat saja, karena hal tersebut adalah menambah-nambah dalam urusan agama yang tidak pernah dilakukan oleh para ulama salaf yang silam, mengikuti salaf adalah lebih utama dan wajib dari pada menambah niat yang melanggar terhadap apa yang mereka lakukan, mereka adalah manusia yang sangat bersungguh-sungguh dalam mengikuti sunnah Rasulullah saw, dan lebih cinta kepadanya dan kepada sunnahnya, kalau hal tersebut benar tentulah mereka orang yang pertama sekali melakukannya, tetapi tidak seorang pun dari mereka yang melakukannya, kita hanya mengikuti mereka, kita telah mengetahui bahwa mengikut mereka dalam segala sumber dan keputusan. Sebagaiman yang diungkapkan oleh Abu Tholib Al Makky dalam sebuah karangannya “sungguh telah disebutkan dalam hadist:”tidak akan terjadi hari qiamat sampai yang ma’ ruf di anggap mungkar dan yang mungkar dianggap ma’ruf”.Telah terjadi apa yang diberitakan oleh Rasulullah saw sebagaimana yang telah kita sebutkan di muka, dan yang akan kita bicarakan pada berikut ini: mereka berkeyakinan apa yang mereka lakukan tersebut adalah ketaatan, barang siapa yang tidak melakukan apa yang mereka lakukan berarti telah lalai dari ketaatan dan kikir, sungguh ini musibah yang telah menimpa.” Bahkan Ibnul Hajj menyebutkan dalam bukunya tersebut, Hal: 25. “berbagai macam ketimpangan yang terdapat dalam maulid tersebut, sehingga sebagian mereka meninggalkan maulid karena melihat berbagai macam pelanggaran yang terdapat di dalamnya, dan melaksanakan maulid dengan membaca shohih buhkary sebagai ganti darinya, tidak diingkari bahwa membaca hadist merupakan ibadah dan memiliki keberkatan, tetapi harus dilakukan dalam bentuk yang digambarkan syara’ ( agama)”. Perkataan Ibnul Qoyyim dalam kitabnya “I’lamu Al Muwaaqi’in” Hal: ( 2 / 390-391 ). “jika ada yang bertanya, dari mana kalian mengetahui bahwa Rasulullah tidak melakukannya, tidak ditemukannya dalil tidak mesti perbuatan tersebut tidak ada”. Pertanyaan seperti ini menunjukkan bahwa orang tersebut tidak mengetahui petunjuk dan sunnah Rasulullah saw serta apa yang beliau sampaikan, kalau pertanyaan ini benar dan dapat diterima, tentu akan ada yang berpendapat dianjurkannya azan untuk sholat tarawih, dengan alasan yang sama, dan datang lagi yang lain menganjurkan mandi setiap sholat, dengan alasan yang sama juga, dan seterusnya -.maka terbuka lebarlah pintu bid’ah, setiap orang yang melakukan bid’ah akan berkata: dimana anda mengetahui bahwa hal ini tidak dilakukan Rasulullah-”. Jawaban Al Hafizh Abu Zur’ah Al ‘Iroqy ketika ditanya tentang orang yang melakukan maulit apakah dianjurkan atau makruh?, apakah ada dalil yang memerintahkannya?, atau pernahkah dilakukan oleh orang yang dicontoh perbuatannya?. Ia menjawab: “ memberi makan orang yang lapar dianjurkan dalam setiap waktu, apa lagi bergembira atas munculnya cahaya kenabian pada bulan yang mulia ini, tapi tidak kita temukan seorang pun dari generasi salaf (para ulama yang terdahulu) yang melakukan hal demikian, sekali pun sekedar memberi makan orang yang kelaparan”. Lihat “ tasyniiful Azan” hal: 136. Fatwa Abu Fahdal Ibnu Hajar Al ‘Asqolany tentang hukum maulid yang dinukil oleh As suyuthy dalam kitabnya “Husnul maqsad fi ‘amalil maulid” di situ Ia katakan: “asal perbuatan maulid adalah bid’ah tidak seorang pun dari generasi salafus sholeh yang melakukannya dalam tiga abad pertama”. Lihat “Al hawy lil fatawa” hal: (1 / 196).[14]. Fatwa Syaikh Zhohiruddin Ja’far Al Tizmanty tentang hukum maulid: “melakukan maulid tidak pernah dilakukan oleh generasi Islam pertama dari salafus sholih, sedangkan mereka adalah orang yang jauh lebih menghormati dan mencintai nabi saw, yang mana kecintaan dan penghormatan salah seorang diantara mereka terhadap nabi saw, tidak terjangkau oleh kita sekarang ini, walau hanya secuil”. Ungkapan ini dinukilkan dari Ibnu At Thobaahk dan Al Tizmanty oleh pengarang kitab “ Subulul huda war rosyad Fi sirah khairil ‘ ibad” hal: (1 / 441-442). Di antara dalil bahwa salafus sholeh tidak pernah merayakan hari maulid nabi saw. Yaitu perbedaan pendapat yang timbul dikalangan mereka dalam menentukan hari lahirnya nabi saw. Sebagaimana telah disinggung oleh Abu abdillah al hifaar dalam pembicaraannya, yang dinukil oleh pengarang kitab “Al Mi’ yaar” hal: (7 / 100). Yang berbunyi “Dalil yang menunjukkan bahwa orang-orang salaf (generasi Islam yang pertama ) tidak pernah membedakan antara malam maulid dengan malam-malam yang lainnya yaitu perbedaan mereka dalam menentukan malam tersebut, sebagian berpendapat pada bulan Ramadhan dan sebagian yang lain berpendapat pada bulan Rabi’ul awal, kemudian mereka berbeda pendapat lagi tentang tanggalnya dalam empat pendapat, kalau seandainya mereka melakukan ibadah tertentu pada hari lahirnya nabi Muhammad saw, tentu hari tersebut diketahui secara masyhur dan tidak akan terjadi perbedaan pendapat tentang hari tersebut”. Ditambah lagi di balik itu semua bahwa hari kelahiran nabi Muhammad saw adalah bertepatan dengan hari kematiaanya, tidak lah bergembira lebih utama dari bersedih pada hari itu, sebagaimana yang diungkapkan oleh sebahagian ulama diantara mereka Ibnul Hajj dan Al Fakihaany. Telah disebutkan oleh Ibnul Hajj dalam kitab “Al Madkhal” hal: (2 / 15 ,16) ketika ia berbicara tentang maulid: “yang sangat mengherankan kenapa mereka bergembiraria untuk kelahiran nabi saw! sedangkan kematiannya bertepatan pada hari itu juga, dimana umat mendapat musibah yang amat besar, yang tidak bisa dibandingkan dengan musibah yang lainnya, yang layak hanya menangis, bersedih dan setiap orang menyendiri dengan dirinya, karena Rasulullah saw bersabda: “hendaklah kaum muslimn itu teguh dalam segala musibah mereka, musibah yang sebenarnya adalah kematian ku”. Ketika Rasulullah menyebutkan bahwa musibah yang sebenarnya adalah kematian beliau, menjadi hilang segala musibah yang menimpa seseorang dalam kondisi apa pun, tampa meninggalkan kesedihan. Sangat indah kata-kata sajak yang dituturkan oleh Hassaan dalam kematian Rasulullah: “Hitam kelam pandangan ku Hitam atas kepergian mu Ku relakan kematian selain mu Kecemasanku hanya atas kepergian mu”. Kalau kita perhatikan apa yang dilakukan oleh kebanyakan orang pada bulan tersebut (Rab’iul awal) jusru mereka bergembira-ria dan berjoget-joget, bukanya menangis dan bersedih kalau ini yang mereka lakukan akan lebih tepat dengan suasananya, supaya terhapus dosa-dosa mereka, karena bersedih dan menangis atas kepergian nabi Muhammad saw, akan menghilangkan dosa-dosa dan menghapus bekas- bekasnya. Sedangkan kalau seandainya mereka lakukan ini secara rutinitas juga merupakan bid’ah, sekalipun bersedih atas kepergian nabi saw wajib bagi setiap muslim, tetapi bukanlah dengan cara berkumpul untuk melakukan hal yang demikian, sekalipun meneteskan air mata itu lebih baik, tapi kalau tidak mungkin cukup dengan bersedih hati saja, yang melatar belakangi pendapat ini adalah karena mereka melakukan kegembiraan yang membuat jiwa mereka terlena dengan bersenda-gurau, jogetan, gendrang dan seruling, berbeda dengan menangis dan bersedih yang bisa membuat jiwa mereka tersendu dan menahan diri dari berbagai macam syahawat dan kesenangannya. Jika ada yang berpendapat : Saya melakukan malid karena merasa bahagia dan gembira atas kelahiran nabi Muhammmad saw, kemudian pada hari yang lain saya khususkan untuk upacara kesedihan atas kematiannya. Jawabannya adalah: telah kita sebutkan di atas seseorang yang mengadakan jamuan makan saja dengan niat maulid dan mengajak teman-temannya, maka hal ini dianggap bid’ah, yaitu suatu pebuatan yang secara lahirnya kebaikan dan ketakwaan, maka bagaimana lagi dengan orang yang mengumpulkan berbagai macam bid’ah dalam sekaligus, terlebih lagi yang melakukannya dua kali, sekali untuk bergembira dan kali yang lain untuk bersedih?. Maka semakin bertambah dengannya bid’ah, dan semakin banyak ia mendapat celaan dalam agama. Wallahu a’lam”.Berkata Al Faakihaany dalam kitabnya “Al Maurid fi ‘Amalil Maulid” : “Sesungguhnya bulan kelahiran nabi Muhammad saw, bertepatan dengan bulan kematiannya, maka tidak lah bergembira lebih utama dari pada bersedih pada bulan tersebut”. Dengan kutipan ini menjadi jelas bagi kita bahwa salafus sholeh tidak pernah melakukan maulid nabi, tetapi mereka meninggalkannya, tidak mungkin mereka meninggalkannya kecuali karena hal tersebut tidak ada nilai kebaikan di dalamnya. Karena itu dinilai suatu perbuatan terpuji yang dimiliki oleh para raja dan penguasa yang telah berusaha melarang bid’ah tersebut, dan memberikan hukuman bagi orang yang melakukannya. Sebagaimana dalam kitab “tarikh Al Islam”, hal: (4 / 181). “Al Afdhal -semoga Allah merahmatinya- memiliki berbagai amal kebaikan dalam memperbaiki keadaan kaum muslimin diantaranya ia telah menghapus upacara maulid nabi saw, upacara maulid fathimah, upacara maulud Ali, dan upacara maulid khalifah Al qoim biamrillah”. Sebagaimana yang disebutkan oleh pengarang -asy syaukany- dalam kitab ini hal: (50). Ketika ia memuji khalifah Al mahdy lidinillah bin ‘Abbas Al Mashur, dan menganjurkan khalifah sesudahnya supaya melarang pelaksanaan upacara maulid.Barang siapa yang dijadikan Allah sebagai pemimpin terhadap suatu negri, hendak jangan sampai melaksanakan bid’ ah yang telah dihapus Allah, terutama di jazirah arab, yang telah bangkit para penegak kebenaran -yang diberi taufik oleh Allah swt- untuk memberantas berbagai bentuk kesyirikan dan bid’ah yang tersebar disana yang telah berlangsung lebih dari dua abat setengah. Bagaimana dengan Pernyataan Syaikh Yusuf Al Qardhawi? Dr. Yusuf Qaradhawi, Ketua Persatuan Ulama Islam Internasional, membolehkan perayaan maulid Nabi Muhammad saw. Perayaan seperti itu dibolehkan guna megingat kembali sirah perjuangan Rasulullah saw, kepribadian Rasulullah saw yang agung, dan misi yang dibawanya dari Allah swt kepada alam semesta. Menurut Qaradhawi, perayaan Maulid Nabi saw tidak termasuk dalam kategori bid’ah. Dalam fatwanya, Qaradhawi melandaskan pendapatnya dengan mengatakan bahwa memperingati kelahiran Rasulullah saw adalah mengingatkan umat Islam terhadap nikmat luar biasa kepada mereka. “ Mengingat nikmat Allah adalah sesuatu yang disyariatkan, terpuji dan memang diperintahkan. Allah swt memerintahkan kita untuk mengingat nikmat Allah swt, ” ujar Qaradhawi. Namun demikian, Qaradhawi juga mengatakan bahwa peringatan Maulid Nabi saw jangan sampai dicampur dengan ragam kemungkaran dan penyimpangan syariat serta melakukan apa yang tidak diberikan kekuatan apapun oleh Allah swt. “Menganggap peringatan Maulid adalah bid’ah dan semua bid’ah itu sesat dan tempatnya di neraka, itu tidak benar sama sekali. Yang kita tolak adalah mencampur peringatan itu dengan berbagai penyimpangan syariah Islam dan melakukan sesuatu yang tidak diberi kekuasaan apapun oleh Allah swt seperti yang terjadi di sebagian tempat, ” kata Qaradhawi. Fatwa Qaradhawi dikeluarkan untuk menjawab pertanyaan sejumlah umat Islam yang menanyakan, “Apa hukumnya merayakan maulid Nabi saw dan perayaan Islam lainnya, seperti perayaan tahun baru hijriyah, isra mi’raj dan lainnya?” Maka, Qaradhawi menjawab antara lain bahwa, “Mengingat nikmat itu diperintahkan, terpuji dan memang dianjurkan. Mengingatkan umat Islam dengan berbagai peristiwa penting dalam sejarah Islam yang di dalamnya terdapat pelajaran yang bermanfaat, bukan sesuatu yang tercela, dan tidak bisa disebut sebagai bid’ah atau kesesatan.” Ia menambahkan, “termasuk hak kami adalah mengingat sirah perjalanan Rasulullah saw dalam ragam peringatan. Ini bukan peringatan yang bid’ah. Karena kita mengingatkan manusia dengan sirah nabawiyah yang mengikatkan mereka dengan misi Muhammad saw. Ini adalah kenikmatan luar biasa. Adalah dahulu para sahabat radhiallahu anhum kerap mengingat Rasulullah saw dalam beragam kesempatan.” Di antara contohnya, Qaradhawi menyebutkan, perkataan shahabi Sa’d bin Abi Waqash radhallahu anhu, “Kami selalu mengingatkan anak- anak kami dengan peperangan yang dilakukan Rasulullah saw sebagaimana kami menjadikan mereka menghafal satu surat dalam Al-Quran.” Ungkapan ini, menurut DR. Qaradhawi menjelaskan bahwa para sahabat kerap menceritakan apa yang terjadi dalam perang Badar, Uhud dan lainnya, kepada anak-anak mereka, termasuk peristiwa saat perang Khandaq dan Bai’atur Ridhwan.” sumber: Eramuslim jawaban: Yang pertama, para ulama telah sepakat bahwa maulid tidak pernah diajarkan oleh rasululloh shallallahu’alaihi wa sallam, dan para shahabatpun tidak pernah melakukannya. Yang kedua, perkataan Qardhawi juga rancu, “Menganggap peringatan Maulid adalah bid’ah dan semua bid’ah itu sesat dan tempatnya di neraka, itu tidak benar sama sekali. Yang kita tolak adalah mencampur peringatan itu dengan berbagai penyimpangan syariah Islam dan melakukan sesuatu yang tidak diberi kekuasaan apapun oleh Allah swt seperti yang terjadi di sebagian tempat, ” kata Qaradhawi. Justru dengan memperingati maulid sendiri itu saja sudah bid’ah, apalagi ditambah dengan ajaran-ajaran ataupun penyimpangan- penyimpangan syari’at, justru lebih parah lagi kondisinya. Dan dosanya bertumpuk-tumpuk. Ingatlah bahwa memperingati maulid nabi sendiri sudah menyimpang dari syari’ah. Yang ketiga, Ia menambahkan, “termasuk hak kami adalah mengingat sirah perjalanan Rasulullah saw dalam ragam peringatan. Ini bukan peringatan yang bid’ah. Karena kita mengingatkan manusia dengan sirah nabawiyah yang mengikatkan mereka dengan misi Muhammad saw. Ini adalah kenikmatan luar biasa. Adalah dahulu para sahabat radhiallahu anhum kerap mengingat Rasulullah saw dalam beragam kesempatan.” Yang paling baik dalam mengingat rasululloh shallallahu’ alaihi wa sallam adalah dengan melaksanakan sunnah-sunnah beliau dan menjauhi segala kesyirikan, bid’ah dan kurafat. Sebab Allah telah berfirman: artinya:“Katakanlah: “Hai manusia sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu semua, yaitu Allah yang mempunyai kerajaan langit dan bumi; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, Yang menghidupkan dan mematikan, maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul Nya, Nabi yang umi yang beriman kepada Allah dan kepada kalimat-kalimat-Nya (kitab-kitab- Nya) dan ikutilah dia, supaya kamu mendapat petunjuk”. (Q.S Al A’raaf: 158) Yang keempat, mengqiyaskan maulid dengan perilaku shahabat yang sering menceritakan shirah kepada anak cucu mereka adalah salah. Sebab keduanya ada dalam bab yang berbeda. Adapun menceritakan shirah maka ibrah yang diambil sebagai pelajaran sangatlah banyak. Adapun maulid nabi, maka sesungguhnya banyak kesyirikan, bid’ah dan hadits-hadits palsu yang bertebaran di hari ini. Maka dari itu amat salah kalau mengqiyaskan hal tersebut dengan apa yang dilakukan oleh para shahabat. Kesimpulan Dari sejarah, fakta sejarah, pernyataan ulama di atas maka bisa disimpulkan bahwa Perayaan Maulid Nabi ataupun sebangsanya, adalah bid’ah. Dan di Islam hanya kenal 2 hari raya, yaitu I’ edul Fithri dan I’edul Adha. Adapun selainnya adalah bid’ah. Titik tidak pake koma. Semoga hal ini bisa disebarluaskan untuk saudara-saudara muslim lainnya agar tidak sesat maupun menyesatkan. Wallahu’alam bishawab.
MENJAGA LISAN DARI MENGUTUK DAN MELAKNAT
Kata laknat yang sudah menjadi bagian dari bahasa Indonesia memiliki dua makna dalam bahasa Arab : Pertama : Bermakna mencerca. Kedua : Bermakna pengusiran dan penjauhan dari rahmat Allah. Ucapan laknat ini mungkin terlalu sering kita dengar dari orang-orang di lingkungan kita dan sepertinya saling melaknat merupakan perkara yang biasa bagi sementara orang, padahal melaknat seorang Mukmin termasuk dosa besar. Tsabit bin Adl Dlahhak radhiallahu ‘anhu berkata : “Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda : ‘Siapa yang melaknat seorang Mukmin maka ia seperti membunuhnya. ” (Hadits Riwayat Bukhari dalam Shahihnya 10 /464)
Ucapan Nabi Shallallahu ‘ Alaihi Wa Sallam : ((“Fahuwa Kaqatlihi”/Maka ia seperti membunuhnya)) dijelaskan oleh Al Hafizh Ibnu Hajar Al Asqalani rahimahullah dalam kitabnya Fathul Bari : “ Karena jika ia melaknat seseorang maka seakan-akan ia mendoakan kejelekan bagi orang tersebut dengan kebinasaan. ” Sebagian wanita begitu mudah melaknat orang yang ia benci bahkan orang yang sedang berpekara dengannya, sama saja apakah itu anaknya, suaminya, hewan atau selainnya. Sangat tidak pantas bila ada seseorang yang mengaku dirinya Mukmin namun lisannya terlalu mudah untuk melaknat. Sebenarnya perangai jelek ini bukanlah milik seorang Mukmin, sebagaimana Nabi Shallallahu ‘ Alaihi Wa Sallam, bersabda : “Bukanlah seorang Mukmin itu seorang yang suka mencela, tidak pula seorang yang suka melaknat, bukan seorang yang keji dan kotor ucapannya. ” (Hadits Riwayat Bukhari dalam Kitabnya Al Adabul Mufrad halaman 116 dari hadits Abdullah bin Mas ’ud radhiallahu ‘anhu. Hadits ini disebutkan oleh Syaikh Muqbil bin Hadi Al Wadi ’i hafizhahullah dalam Kitabnya Ash Shahih Al Musnad 2 /24)
Dan melaknat itu bukan pula sifatnya orang-orang yang jujur dalam keimanannya (shiddiq), karena Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda : “Tidak pantas bagi seorang shiddiq untuk menjadi seorang yang suka melaknat. ” (Hadits Riwayat Muslim no. 2597)
Pada hari kiamat nanti, orang yang suka melaknat tidak akan dimasukkan dalam barisan para saksi yang mempersaksikan bahwa Rasul mereka telah menyampaikan risalah dan juga ia tidak dapat memberi syafaat di sisi Allah Ta ’ala guna memintakan ampunan bagi seorang hamba. Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda : “Orang yang suka melaknat itu bukanlah orang yang dapat memberi syafaat dan tidak pula menjadi saksi pada hari kiamat. ” (Hadits Riwayat Muslim dalam Shahihnya no. 2598 dari Abi Darda radhiallahu ‘ anhu) Perangai yang buruk ini sangat besar bahayanya bagi pelakunya sendiri. Bila ia melaknat seseorang, sementara orang yang dilaknat itu tidak pantas untuk dilaknat maka laknat itu kembali kepadanya sebagai orang yang mengucapkan. Imam Abu Daud rahimahullah meriwayatkan dari hadits Abu Darda radhiallahu ‘anhu bahwasannya Nabi Shallallahu ‘ Alaihi Wa Sallam bersabda : “Apabila seorang hamba melaknat sesuatu maka laknat tersebut naik ke langit, lalu tertutuplah pintu-pintu langit. Kemudian laknat itu turun ke bumi lalu ia mengambil ke kanan dan ke kiri. Apabila ia tidak mendapatkan kelapangan, maka ia kembali kepada orang yang dilaknat jika memang berhak mendapatkan laknat dan jika tidak ia kembali kepada orang yang mengucapkannya. ” Berkata Al Hafizh Ibnu Hajar hafizhahullah tentang hadits ini : “Sanadnya jayyid ( bagus). Hadits ini memiliki syahid dari hadits Ibnu Mas ’ ud radhiallahu ‘anhu dengan sanad yang hasan. Juga memiliki syahid lain yang dikeluarkan oleh Abu Daud dan Tirmidzi dari hadits Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhuma. Para perawinya adalah orang- orang kepercayaan (tsiqah), akan tetapi haditsnya mursal. ” Ada beberapa hal yang dikecualikan dalam larangan melaknat ini yakni kita boleh melaknat para pelaku maksiat dari kalangan Muslimin namun tidak secara ta ’yin (menunjuk langsung dengan menyebut nama atau pelakunya). Tetapi laknat itu ditujukan secara umum, misal kita katakan : “Semoga Allah melaknat para pembegal jalanan itu … .” Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam sendiri telah melaknat wanita yang menyambung rambut dan wanita yang minta disambungkan rambutnya. Beliau Shallallahu ‘alayhi wasallam juga melaknat laki- laki yang menyerupai wanita dan wanita yang menyerupai laki-laki dan masih banyak lagi. Berikut ini kami sebutkan beberapa haditsnya : “Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam melaknat wanita yang menyambung rambutnya (dengan rambut palsu/konde) dan wanita yang minta disambungkan rambutnya. ” ( Hadits Riwayat Bukhari dan Muslim dalam Shahih keduanya) Beliau Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam mengabarkan :“Allah melaknat wanita yang membuat tato, wanita yang minta dibuatkan tato, wanita yang mencabut alisnya, wanita yang minta dicabutkan alisnya, dan melaknat wanita yang mengikir giginya untuk tujuan memperindahnya, wanita yang merubah ciptaan Allah Azza wa Jalla. ” (Hadits Riwayat Bukhari dan Muslim dari shahabat Ibnu Mas ’ud radhiallahu ‘anhu) “Allah melaknat laki-laki yang menyerupai wanita dan wanita yang menyerupai laki- laki. ” (Hadits Riwayat Bukhari dalam Shahihnya) Dibolehkan juga melaknat orang kafir yang sudah meninggal dengan menyebut namanya untuk menerangkan keadaannya kepada manusia dan untuk maslahat syar’iyah. Adapun jika tidak ada maslahat syar’iyah maka tidak boleh karena Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda : “Janganlah kalian mencaci orang-orang yang telah meninggal karena mereka telah sampai/ menemui (balasan dari) apa yang dulunya mereka perbuat. ” (HR. Bukhari dalam Shahihnya dari hadits ‘ Aisyah radhiallahu ‘anha) Setelah kita mengetahui buruknya perangai ini dan ancaman serta bahayanya yang bakal diterima oleh pengucapnya, maka hendaklah kita bertakwa kepada Allah Ta’ala. Janganlah kita membiasakan lisan kita untuk melaknat karena kebencian dan ketidaksenangan pada seseorang. Kita bertakwa kepada Allah Ta ’ala dengan menjaga dan membersihkan lisan kita dari ucapan yang tidak pantas dan kita basahi selalu dengan kalimat thayyibah. Wallahu a’lam bis shawwab. Oleh : Ummu Ishaq Al Atsariyah.
PEMBENTUKAN HUJAN
b46,
Hujan Pembentukan Hujan Semua tahap pembentukan hujan telah diceritakan dalam ayat-ayat Al-Qur’an. Selain itu, tahap-tahap ini dijelaskan dengan urutan yang benar. Sebagaimana fenomena-fenomena alam lain di bumi, lagi-lagi Al-Qur’anlah yang menyediakan p enjelasan yang paling benar mengenai fenomena ini dan juga telah mengumumkan fakta-fakta ini kepada orang- orang pada ribuan tahun sebelum ditemukan oleh ilmu pengetahuan. Dalam sebuah ayat, informasi tentang proses pembentukan hujan dijelaskan : "Tidaklah kamu melihat bahwa Allah mengarak awan, kemudian mengumpulkan antara (bagian- bagian)nya, kemudian menjadikannya bertindih-tindih, maka kelihatanlah olehmu hujan keluar dari celah-celahnya dan Allah ( juga) menurunkan (butiran-butiran) es dari langit, (yaitu) dari (gumpalan-gumpalan awan seperti) gunung-gunung, maka ditimpakan-Nya (butiran-butiran) es itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan dipalingkan-Nya dari siapa yang dikehendaki- Nya. Kilauan kilat awan itu hampir-hampir menghilangkan penglihatan." ( QS An-Nuur: 43) Proses terbentuknya hujan masih merupakan misteri besar bagi orang-orang dalam waktu yang lama. Baru setelah radar cuaca ditemukan, bisa didapatkan tahap- tahap pembentukan hujan. Pembentukan hujan berlangsung dalam tiga tahap. Pertama, “bahan baku” hujan naik ke udara, lalu awan terbentuk. Akhirnya, curahan hujan terlihat. Tahap-tahap ini ditetapkan dengan jelas dalam Al-Qur’an berabad-abad yang lalu, yang memberikan informasi yang tepat mengenai pembentukan hujan, "Allah, Dialah yang mengirim angin, lalu angin itu menggerakkan awan dan Allah membentangkannya di langit menurut yang dikehendaki-Nya, dan menjadikannya bergumpal-gumpal; lalu kamu lihat hujan keluar dari celah-celahnya, maka apabila hujan itu turun mengenai hamba-hamba- Nya yang dikehendaki-Nya, tiba-tiba mereka menjadi gembira." (QS Ar-Ruum ayat 48) Tiga Tahapan Tahap 1 : “Dialah yang mengirim angin,…” Gelembung-gelembung udara yang jumlahnya tak terhitung yang dibentuk dengan pembuihan di lautan, pecah terus-menerus dan menyebabkan partikel-partikel air tersembur menuju langit. Partikel-partikel ini, yang kaya akan garam, lalu diangkut oleh angin dan bergerak ke atas di atmosfir. Partikel- partikel ini, yang disebut aerosol, membentuk awan dengan mengumpulkan uap air di sekelilingnya, yang naik lagi dari laut, sebagai titik-titik kecil dengan mekanisme yang disebut “perangkap air”. Tahap 2 : “…lalu angin itu menggerakkan awan dan Allah membentangkannya di langit menurut yang dikehendaki-Nya, dan menjadikannya bergumpal-gumpal…” Awan- awan terbentuk dari uap air yang mengembun di sekeliling butir-butir garam atau partikel-partikel debu di udara. Karena air hujan dalam hal ini sangat kecil (dengan diamter antara 0 ,01 dan 0 ,02 mm), awan- awan itu bergantungan di udara dan terbentang di langit. Jadi, langit ditutupi dengan awan-awan. Tahap 3 : “…lalu kamu lihat air hujan keluar dari celah-celahnya…” Partikel-partikel air yang mengelilingi butir- butir garam dan partikel -partikel debu itu mengental dan membentuk air hujan. Jadi, air hujan ini, yang menjadi lebih berat daripada udara, bertolak dari awan dan mulai jatuh ke tanah sebagai hujan. Para ilmuwan yang mempelajari jenis-jenis awan mendapatkan temuan yang mengejutkan berkenaan dengan proses pembentukan awan hujan. Terbentuknya awan hujan yang mengambil bentuk tertentu, terjadi melalui sistem dan tahapan tertentu pula. Tahap- tahap pembentukan kumulonimbus, sejenis awan hujan, adalah sebagai berikut: Tahap 1 : Pergerakan awan oleh angin Awan-awan dibawa, dengan kata lain, ditiup oleh angin. Tahap 2 : Pembentukan awan yang lebih besar Kemudian awan-awan kecil (awan kumulus) yang digerakkan angin, saling bergabung dan membentuk awan yang lebih besar Tahap 3 : Pembentukan awan yang bertumpang tindih Ketika awan-awan kecil saling bertemu dan bergabung membentuk awan yang lebih besar, gerakan udara vertikal ke atas terjadi di dalamnya meningkat. Gerakan udara vertikal ini lebih kuat di bagian tengah dibandingkan di bagian tepinya. Gerakan udara ini menyebabkan gumpalan awan tumbuh membesar secara vertikal, sehingga menyebabkan awan saling bertindih-tindih. Membesarnya awan secara vertikal ini menyebabkan gumpalan besar awan tersebut mencapai wilayah-wilayah atmosfir yang bersuhu lebih dingin, di mana butiran- butiran air dan es mulai terbentuk dan tumbuh semakin membesar. Ketika butiran air dan es ini telah menjadi berat sehingga tak lagi mampu ditopang oleh hembusan angin vertikal, mereka mulai lepas dari awan dan jatuh ke bawah sebagai hujan air, hujan es, dsb. (Anthes, Richard A.; John J. Cahir; Alistair B. Fraser; and Hans A. Panofsky, 1981 , The Atmosphere, s. 269 ; Millers, Albert; and Jack C. Thompson, 1975 , Elements of Meteorology, s. 141-142) Kita harus ingat bahwa para ahli meteorologi hanya baru-baru ini saja mengetahui proses pembentukan awan hujan ini secara rinci, beserta bentuk dan fungsinya, dengan menggunakan peralatan mutakhir seperti pesawat terbang, satelit, komputer, dsb. Sungguh jelas bahwa Allah telah memberitahu kita suatu informasi yang tak mungkin dapat diketahui 1400 tahun yang lalu. Fakta lain yang diberikan dalam Al Qur’ an mengenai hujan adalah bahwa hujan diturunkan ke bumi dalam kadar tertentu. Hal ini disebutkan dalam Surat Az Zukhruf sebagai berikut ; "Dan Yang menurunkan air dari langit menurut kadar (yang diperlukan) lalu Kami hidupkan dengan air itu negeri yang mati, seperti itulah kamu akan dikeluarkan (dari dalam kubur)."(Az Zukhruf: 11) Kadar dalam hujan ini pun sekali lagi telah ditemukan melalui penelitian modern. Diperkirakan dalam satu detik, sekitar 16 juta ton air menguap dari bumi. Angka ini menghasilkan 513 trilyun ton air per tahun. Angka ini ternyata sama dengan jumlah hujan yang jatuh ke bumi dalam satu tahun. Hal ini berarti air senantiasa berputar dalam suatu siklus yang seimbang menurut “ukuran atau kadar” tertentu. Kehidupan di bumi bergantung pada siklus air ini. Bahkan sekalipun manusia menggunakan semua teknologi yang ada di dunia ini, mereka tidak akan mampu membuat siklus seperti ini. Per tahunnya, air hujan yang menguap dan turun kembali ke Bumi dalam bentuk hujan berjumlah “ tetap” yakni 513 triliun ton. Jumlah yang tetap ini dinyatakan dalam Al Qur’an dengan menggunakan istilah “menurunkan air dari langit menurut kadar”. Tetapnya jumlah ini sangatlah penting bagi keberlangsungan keseimbangan ekologi dan, tentu saja, kelangsungan kehidupan ini,. Bahkan satu penyimpangan kecil saja dari jumlah ini akan segera mengakibatkan ketidakseimbangan ekologi yang mampu mengakhiri kehidupan di bumi. Namun, hal ini tidak pernah terjadi dan hujan senantiasa turun setiap tahun dalam jumlah yang benar-benar sama seperti dinyatakan dalam Al Qur’an.
SEJUTA KESEDIHAN HANYA PERLU SATU TETES AIR MATA
Hidup tidak selalunya Indah… Langit tak selalu cerah… Suram malam tak berbintang.. Itulah lukisan alam…. Benar, hidup tidaklah selalu indah, ada saja ujian yang datang menghampiri setiap manusia. Disanala h manusia akan di tempa, ibarat manusia itu hanya sepotong besi, maka ujian akan menjadikan dia menjadi sebilah pedang, pedang yang tajam yang di bawa seorang kesatria pemberani. Bukankah besi harus di pukul, di bakar, di pukul lagi, di bakar lagi, di pukul lagi dan di bakar lagi hingga dia menjadi pedang sejati. Besi tidak akan menjadi pedang hanya dengan di elus-elus saja. Ujian menjadikan kita semakin merasa lemah, merasa sangat tidak berdaya, dan ingin menyerahkan dan menggantungkan semua permasalahan kita pada Yang Maha Kuat, mecurhatkan berlembar-lembar kesedihan kita padaNya, di tengah ke heningan malam. Di Kala malam sunyi sepi.. Bani insan tenggelam dalam mimpi.. Musafir yang malang ini.. Pergi membasuh diri untuk menghadapMu oh Tuhan Lemah lututku berdiri Di hadapanMu tangisanku keharuan Hamba yang lemah serta hina Engkau terima jua mendekati Dibawah duli KebesaranMu Tuhan, hamba belum pasti Bagaimana penerimaanMu dikala mendengarkan pengaduanku Ku yakin Kau tak mungkiri dalam wahyu yang Kau nuzulkan Kau berjanji menerima pengaduanku Dan,… Kau berjanji sudi mengampunkanku dari segala dosa yang kulakukan AmpunanMu Tuhan lebih besar dari kesalahan insan Hamba yakin dengan keampunanMu Tuhan Bukan tidak ridha, cuma hendak mengadu padaMU Tempat hamba kembali nanti disana Subhanallah…. sungguh indah penciptaan Allah… sebuah air bening pelepas segala kegundahan dan kesedihan… tidaklah Allah ciptakan semuanya adalah sia-sia. Kadang kita meremehkan air mata ini. Kita anggap ”cengeng” bila menangis, kita anggap gagah kalo bersikap tegar tanpa air mata. Bukankah kita terlahir dengan tangisan, dengan air mata? Air yang menjadi penguat setiap kita merasa lemah… bukankah setelah menangis kita merasa lega, bukankah setelah menangis kita merasa lebih ringan, bahkan air mata ini bisa membentengi kita dari panasnya api neraka ketika kita mengeluarkannya dalam rangka menyadari dan menginsafi segala dosa dan kesalahan kita? Menangislah, kadang manusia terlalu sombong tuk menangis Lalu untuk apa air matatlah tercipta Bukan hanya bahagia yang tercipta di dunia…. Sahabat, menagislah bila permasalahan sudah tidak sanggup kau pikirkan, menangislah bila permasalahan sudah sangat menyesakkan dadamu, menangislah bila kau sudah mulai kehilangan senyum ceriamu, menangislah seperti bayi-bayi di malam hari, tapi kuatlah seperti singa-singa di siang hari… Karena air mata itu sangat hebat, lihatlah dia kecil tapi sanggup menaggung sejuta kesedihan kita…. setelah selesai menagis… tersenyumlah sebentar, tersenyumlah yang lebar, tersenyumlah yang tulus… dan siaplah menjadi Pedang yang tajam…. pedang yang lebih kuat, dan pedang yang lebih hebat. Jadilah rumput yang lemah lembut Tak luruh di pukul ribut Bagai karang di dasar lautan Tak terusik di landa badai Suburkanlah sifat sabar di dalam jiwa kita .... . Salam Terkasih ... Dari Seorang sahabat.
KARENA HATI DAN HATI
Hati adalah sumber penalaran, tempat pertimbangan, tumbuhnya cinta dan benci, keimanan dan kekufuran, taubat dan keras kepala, ketenangan dan kegoncangan. Hati juga sumber kebahagiaan, jika kita mampu membersihkannya, namun sebaliknya merupakan sumber bencana jika menodainya. Aktivitas badan sangat tergantung lurus bengkoknya hati. Abu Hurairah Radhiallaahu anhu berkata, "Hati adalah raja, sedangkan anggota badan adalah tentara. Jika raja itu bagus, maka akan bagus pula tentaranya. Jika raja itu buruk, maka akan buruk pula tentaranya." Tanda-Tanda Kerasnya Hati Hati yang keras memiliki tanda- tanda yang bisa dikenali, di antara yang terpenting sebagai berikut : Malas Melakukan Kataatan dan Amal Kebaikan Terutama malas untuk menjalankan ibadah, bahkan mungkin meremehkan nya, melakukan shalat asal-asalan tanpa ada kekhusyukan dan kesungguhan, merasa berat dan enggan, merasa berat pula menjalankan ibadah-ibadah sunnah. Allah telah menyifati kaum munafiqin. Firman- Nya, artinya, "Dan mereka tidak mengerjakan shalat, melainkan dengan malas dan tidak (pula) menafkahkan ( harta) mereka, melainkan dengan rasa enggan." (At- Taubah : 54)
Tidak Tersentuh Oleh Ayat Al- Qur'an dan Petuah Ketika disampaikan ayat-ayat yang berkenaan dengan janji dan ancaman Allah, maka tidak terpengaruh sama sekali, tidak mau khusyu' atau tunduk, dan juga lalai dari membaca al- Qur'an serta mendengarkannya, bahkan enggan dan berpaling darinya. Sedang kan Allah Subhannahu wa Ta'ala telah memperingatkan, artinya, " Maka beri peringatanlah dengan al- Qur'an orang yang takut kepada ancaman-Ku." (Qaaf : 45)
Tidak Tersentuh dengan Ayat Kauniyah Tidak tergerak dengan adanya peristiwa-peristiwa yang dapat memberikan pelajaran, seperti kematian, sakit, bencana dan semisalnya. Dia memandang kematian atau orang yang sedang diusung ke kubur sebagai sesuatu yang tidak ada apa-apanya, padahal cukuplah kematian itu sebagai nasihat. "Dan tidakkah mereka (orang- orang munafik) memperhatikan bahwa mereka diuji sekali atau dua kali setiap tahun, kemudian mereka tidak (juga) bertaubat dan tidak (pula) mengambil pelajaran?" (At-Taubah :126)
Berlebihan Mencintai Dunia dan Melupakan Akhirat Himmah dan segala keinginannya tertumpu untuk urusan dunia semata. Segala sesuatu ditimbang dari sisi dunia dan materi. Cinta, benci dan hubungan dengan sesama manusia hanya untuk urusan dunia saja. Ujungnya, jadilah dia seorang yang dengki, egois dan individualis, bakhil dan tamak terhadap dunia. Kurang Mengagungkan Allah. Sehingga hilang rasa cemburu dalam hati, kekuatan iman melemah, tidak marah ketika larangan Allah diterjang, serta tidak mengingkari kemungkaran. Tidak mengenal yang ma'ruf serta tidak peduli terhadap segala kemaksiatan dan dosa. Kegersangan Hati Kesempitan dada, mengalami kegoncangan, tidak pernah merasakan ketenangan dan kedamaian sama sekali. Hatinya gersang terus-menerus dan selalu gundah terhadap segala sesuatu. Kemaksiatan Berantai Termasuk fenomena kerasnya hati adalah lahirnya kemaksiatan baru akibat dari kemaksiatan yang telah dilakukan sebelumnya, sehingga menjadi sebuah lingkaran setan yang sangat sulit bagi seseorang untuk melepaskan diri. Sebab-Sebab Kerasnya Hati Di antara faktor kerasnya hati, yang penting untuk kita ketahui yakni: Ketergantungan Hati kepada Dunia serta Melupakan Akhirat Kalau hati sudah keterlaluan mencintai dunia melebihi akhirat, maka hati tergantung terhadapnya, sehingga lambat laun keimanan menjadi lemah dan akhirnya merasa berat untuk menjalankan ibadah. Kesenangannya hanya kepada urusan dunia belaka, akhirat terabaikan dan bahkan ter- lupakan. Hatinya lalai mengingat maut, maka jadilah dia orang yang panjang angan-angan. Seorang salaf berkata, "Tidak ada seorang hamba, kecuali dia mempunyai dua mata di wajahnya untuk memandang seluruh urusan dunia, dan mempunyai dua mata di hati untuk melihat seluruh perkara akhirat. Jika Allah menghendaki kebaikan seorang hamba, maka Dia membuka kedua mata hatinya dan jika Dia menghendaki selain itu (keburukan), maka dia biarkan si hamba sedemikian rupa (tidak mampu melihat dengan mata hati), lalu dia membaca ayat, "Maka apakah mereka tidak memperhatikan al-Qur'an ataukah hati mereka terkunci." (Muhammad : 24)
Lalai Lalai merupakan penyakit yang berbahaya apabila telah menjalar di dalam hati dan bersarang di dalam jiwa. Karena akan berakibat anggota badan saling mendukung untuk menutup pintu hidayah, sehingga hati akhirnya menjadi terkunci. Allah berfirman, "Mereka itulah orang- orang yang hati, pendengaran dan penglihatannya telah dikunci mati oleh Allah, dan mereka itu lah orang-orang yang lalai" (QS.16 :108) Allah Subhannahu wa Ta'ala memberitahukan, bahwa orang yang lalai adalah mereka yang memiliki hati keras membatu, tidak mau lembut dan lunak, tidak mempan dengan berbagai nasehat. Dia bagai batu atau bahkan lebih keras lagi, karena mereka punya mata, namun tak mampu melihat kebenaran dan hakikat setiap perkara. Tidak mampu membedakan antara yang bermanfaat dan membahayakan. Mereka juga memiliki telinga, namun hanya digunakan untuk mendengarkan berbagai bentuk kebatilan, kedustaan dan kesia-siaan. Tidak pernah digunakan untuk mendengarkan al-haq dari Kitabullah dan Sunnah Rasul Shalallaahu alaihi wasalam (Periksa QS. Al A'raf 179)
Kawan yang Buruk Ini juga merupakan salah satu sebab terbesar yang mempengaruhi kerasnya hati seseorang. Orang yang hidupnya di tengah gelombang kemaksiatan dan kemungkaran, bergaul dengan manusia yang banyak berku-bang dalam dosa, banyak bergurau dan tertawa tanpa batas, banyak mendengar musik dan menghabiskan hari- harinya untuk film, maka sangat memungkinkan akan terpengaruh oleh kondisi tersebut. Terbiasa dengan Kemaksiatan dan Kemungkaran Dosa merupakan penghalang seseorang untuk sampai kepada Allah. Ia merupakan pembegal perjalanan menuju kepada-Nya serta membalikkan arah perjalanan yang lurus. Kemaksiatan meskipun kecil, terkadang memicu terjadinya bentuk kemaksiatan lain yang lebih besar dari yang pertama, sehingga semakin hari semakin bertumpuk tanpa terasa. Dianggapnya hal itu biasa-biasa saja, padahal satu persatu kemaksiatan tersebut masuk ke dalam hati, sehingga menjadi sebuah ketergantungan yang amat berat untuk dilepaskan. Maka melemahlah kebesaran dan keagungan Allah di dalam hati, dan melemah pula jalannya hati menuju Allah dan kampung akhirat, sehingga menjadi terhalang dan bahkan terhenti tak mampu lagi bergerak menuju Allah. Melupakan Maut, Sakarat, Kubur dan Kedahsyatannya. Termasuk seluruh perkara akhirat baik berupa adzab, nikmat, timbangan amal, mahsyar, shirath, Surga dan Neraka, semua telah hilang dari ingatan dan hatinya. Melakukan Perusak Hati Yang merusak hati sebagaimana dikatakan Imam Ibnul Qayyim ada lima perkara, yaitu banyak bergaul dengan sembarang orang, panjang angan-angan, bergantung kepada selain Allah, berlebihan makan dan berlebihan tidur. Solusi Hati yang lembut dan lunak merupakan nikmat Allah yang sangat besar, karena dia mampu menerima dan menyerap segala yang datang dari Allah. Allah mengancam orang yang berhati keras melalui firman-Nya, "Maka kecelakaan yang besarlah bagi mereka yang membatu hatinya untuk mengingat Allah.Mereka itu dalam kesesatan yang nyata. (Az- Zumar: 22)
Di antara hal-hal yang dapat membantu menghilangkan kerasnya hati dan menjadikannya lunak, lembut dan terbuka untuk menerima kebenaran dari Allah yakni: Ma'rifat (mengenal) Allah Siapa yang kenal Allah, maka hatinya pasti akan lunak dan lembut, dan siapa yang jahil terhadap-Nya, maka akan keras hatinya. Semakin bodoh seseorang terhadap Allah, maka akan semakin berani melanggar batasan-Nya. Dan semakin seseorang berfikir tentang Allah, maka semakin sadar akan kebesaran Allah, keluasan nikmat serta kekuasaan Nya. Mengingat Maut Pertanyaan kubur, kegelapannya, sempit dan sepinya, juga penderitaan menjelang sakaratul maut termasuk ke dalam mengingat maut. Memperhatikan pula orang-orang yang telah mendekati kematian dan menghadiri jenazah. Hal itu dapat membangunkan ketertiduran hati kita, dan mengingatkan dari keterlenaan. Sa'id bin Jubair berkata, "Seandainya mengingat mati lepas dari hatiku, maka aku takut kalau akan merusak hatiku." Berziarah Kubur dan Memikirkan Penghuninya. Bagaimana mereka yang telah ditimbun tanah, bagaimana mereka dulu makan, minum dan berpakaian dan kini telah hancur di dalam kubur, mereka tinggalkan segala yang dimiliki, harta, kekuasaan maupun keluarga, lalu ingat dan berfikir, bahwa sebentar lagi dia juga akan mengalami hal yang sama. Memperhatikan Ayat-ayat Al- Qur'an. Memikirkan ancaman dan janjinya, perintah dan larangannya. Karena dengan memikirkan kandungannya, maka hati akan tunduk, iman akan bergerak mendorong untuk berjalan menuju Rabbnya, hati menjadi lunak dan takut kepada Allah. Mengingat Akhirat dan Kiamat Huru-hara dan kedahsyatannya, Surga dengan kenimatannya, neraka dengan penderitaannya yang disediakan bagi para pelaku dosa dan kemaksiatan. Memperbanyak Dzikir dan Istighfar Dzikir dapat melunakan hati yang keras. Karena itu selayaknya seorang hamba mengobati hatinya dengan berdzikir kepada Allah, sebab ketika kelalaian bertambah, maka kekerasan hati makin memuncak pula. Mendatangi Orang Shalih dan Bergaul dengen Mereka. Orang shaleh akan memberikan semangat ketika kita lemah, mengingatkan ketika lupa, dan memberikan jalan ketika kita bingung dan pertemuan dengan mereka akan membantu kita dalam melakukan ketaatan kepada Allah Berjuang, Introspeksi dan Melihat Kekurangan Diri. Manusia, jika tidak mau berjuang, introspeksi dan melihat kekurangan diri, maka dia tidak tahu, bahwa dirinya sakit dan banyak kekurangan. Jika dia tidak merasa sakit atau punya kekurangan, maka bagaimana mungkin dia akan memperbaiki diri atau berobat? Wallahu a'lam, semoga Allah Subhannahu wa Ta'ala melunakkan hati kita semua untuk menerima dan menjalankan kebenaran, amin ya Rabbal 'alamin. Sumber : Kutaib "Limadza Taqsu Qulubuna" Al-Qism al-Ilmi Darul Wathan.
BLOG SAHABATKU B*C
HADITS SHAHIH
HITAM DI DAHI PERLU DI WASPADAI
SELAMAT ULANG TAHUN
14 SUMBER BEBERAPA MACAM PENYAKIT
DUA AYAT DI MALAM HARI
TAMBAHAN LAFAD SAYYIDINA
SHALAT YG PALING BERAT DI ANTARA 5 WAKTU
CARA SHALAT BAB BACAAN TASYAHUD AKHIR
LARANGAN MENCACI WAKTU/MASA
UNTUK PARA SUAMI
KESALAHAN KESALAHAN PADA SHALAT JUMA'T
DAHSYAT NYA SURAH AL-IKHLAS
TATA CARA BERDO'A SESUAI TUNTUNAN
PELIHARA JENGGOT ADALAH PERINTAH
BERBAGI CINTA DAN ILMU UNTUK KITA DAN SAHABAT
Terbentuknya Jagat Raya Menurut Pandangan Al-Quran