web widgets

Larangan Mencaci Masa/Waktu

Diriwayatkan dari Abu Hurairah R.A dari Rasulullah SAw bahwa beliau bersabda:“ Allah azza wa jalla berfirman, ‘Ibnu Adam telah
menyakiti-Ku! Mereka berkata,

‘ Duhai sialnya masa!’Janganlah mengatakan:‘ Duhai sialnya masa,’sebab Aku-lah Pencipta masa, Aku-lah yang membolak-
balikkan siang dan malam. Sekiranya Aku berkehendak,
niscaya Aku akan menggenggam keduanya (yakni mnahan siang dan
malam )!’”2Dalam riwayat
lain disebutkan, “Mereka memaki masa.” Diriwayatkan dari jalur lain dengan lafazh: “Janganlah kalian
memaki masa, karena Aku-lah Pencipta masa. Siang dan malam adalah milik-Ku dan Aku-lah yang membolak-balikkan keduanya. Dan Aku-lah yang mengangkat dan
menurunkan raja-raja.”3Dari
jalur lain,

hadits ini diriwayatkan dengan lafazh:“ Janganlah kalian mencaci
masa, karena Allah-lah yang
menciptakan masa. ”4Dari jalur lainnya, hadits ini diriwayatkan dengan lafazh, “Allah azza wa jalla
berfirman, ‘Anak Adam mencela-Ku, ia berkata,‘ Duhai sialnya masa!’Padahal Aku-lah Pencipta
masa, Aku-lah Pencipta masa. ” (Hasan, HR Ibnu Abi Ashimdalam As-Sunnah [598]) Kandungan Bab:Memaki masa tidk terlepas dari dua hal;

syirik atau mencaci Allah.Imam
Ibnul Qayyim al-Jauziyah rahimahullahu berkata dalam
kitabZaadul Ma ’aad (II/354-355): “Terangkum di dalamnya tiga
kerusakan:Pertama,memaki sesuatu yang tidak layak dimaki. Sebab, masa adalah makhluk ciptaan Allah yang selalu menuruti perintah-Nya,
berjalan menurut kehendak-Nya. Sebenarnya, pencaci masa itulah yang lebih berhak dicaci dan dimaki.
Kedua,memaki masa termasuk
perbuatan syirik. Sebab ia memaki masa karena anggapannya bahwa masa dapat memberi manfaat dan
mudharat. Di samping anggapan bahwa masa itu dhalim, karena telah merugikan orang yang tidak
pantas dirugikan, memberi orang yang tidak pantas diberi, mengangkat derajat orang yang tidak pantas diangkat derajatnya, menahan orang yang tidak pantas
ditahan haknya. Jadi menurut para pencela itu, masa adalah sesuatu yang paling dhalim. Banyak ditemui sya ’ir-sya’ir orang-orang dhalim yang berisi caci maki terhadap masa. Dan kebanyakan orang-orang jahil secara terang-
terangan mencaci maki dan menjelek-jelekkan masa. Ketiga, cacian itu mereka lontarkan terhadap siapa yang telah menetapkan ketentuan tersebut, sekiranya ketentuan itu mengikuti hawa nafsu mereka, niscaya hancurlah langit dan bumi. Jika sesuai dengan hawa nafsu, mereka
pun memuji masa dan menyan jungnya. Padahal hakikatnya, Allah yang menciptakan masa itulah yang
memberi dan menahan, yang
mengangkat dan menurunkan,
yang memuliakan dan mnghinakan, masa sama skali tidak punya kuasa atas hal tersebut. Jadi, memaki
masa sama halnya dengan mencaci Allah. Oleh karena itu, (dia) dianggap telah menyakiti Allah Swt
dalam kitab ash-Shahihain,

dari hadits Abu Hurairah Rdiyallahu anhu, dari Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam beliau bersabda: Allah Ta’ala berfirman, ‘Anak Adam telah menyakiti-Ku, ia memaki masa, padahal Aku-lah (yang
menciptakan) masa. ’”Memaki masa tidak terlepas dari dua hal; Mencela Allah atau menyekutukan-Nya. Sebab, jika ia berkeyakinan
bahwa masa juga menentukan
di samping Allah, maka ia jatuh (ke dalam) musyrik. Jika ia brkeyakinan bahwa hanya Allah sajalah yang
menentukannya, lalu ia mencela ketentuan itu, berarti ia telah mencaci Allah.Bathilnya anggapan
kaum Jahiliyyah yang mnyandarkan musibah yang menimpa mereka kepada masa. Karena sesungguhnya
Allah sematalah yang
menentukannya.Al-Baghawi brkata dalamSyarhus Sunnah (XII/357),

“Sabda Nabi Shalallahu alaihi wassalam:‘ Janganlah anak Adam itu mengatakan, ‘Duhai sialnya
masa!’” Maksudnya, orang-
orang Arab dahulu biasa memaki masa saat musibah menimpa mereka. Mereka mengatakan, Mereka tertimpa malapetaka
zaman !’ atau, ‘Zaman telah
melumat mereka.’ Allah telah
menyebutkan tentang mereka
dalam Kitab- Nya: اوُلاَقَو
اَم َيِه
اَّلِإ
اَنُتاَيَح
اَيْنُّدلا
ُتوُمَن
اَيْحَنَو
اَمَو
اَنُكِلْهُي
اَّلِإ
ُرْهَّدلا
Dan mereka berkata, Kehidupan ini tidak lain hanyalah kehidupan di dunia saja, kita mati dan kita hidup
dan tidak ada yang akan
membinasakan kita selain masa. (Al-Jaatsiyah: 24).Jika mereka
mengkambinghitamkan masa atas seluruh musibah yang menimpa mereka, berarti mereka telah mencela pnciptanya. Makian mereka
itu sebenarnya tertuju kepada Allh. Karena pada hakikatnya, Allahlah yang menciptkan perkara-perkara yang mereka sandarkan kepada masa. Maka dari itu mereka dilarang
memaki masa.

Al-Hafizh al-Munziri berkata dalam kitabat-Targhiib wat Tarhiib (III/482):“Makna hadits ini ialah,
dahulu orang-orang Arab, jika
tertimpa musibah atau perkara yang dibenci, mereka memaki masa dengan keyakinan bahwa penentu
musibah yang menimpa mereka itu adalah masa. Sebagaimana halnya orang-orang Arab dahulu meminta
hujan kepada bintang-bintang.
Kata mereka: ‘Kami diberi hujan karena bintang ini,’dengan keyakinan bahwa penentu hujan turun itu adalah bintang tersebut. Maka, hal itu sama halnya dengan
mengutuk Penciptanya, dan hanya Allah sajalah yang menciptakan dan melakukan segala sesuatu. Karena itulah Rasulullah Shalallahu alaihi
wassalam melarangnya. Ad-Dahr (masa) tidak termasuk nama di antara nama-nama Allah dan tidak juga sifat di antara sifat-sifat-Nya. Al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah
menukil dalam kitabFathul Baari (X/566), dari al-Qadhi Iyadh, Sebagian orang yang bukan ahli tatqiq
mengira bahwa ad-Dahr (masa) termasuk salah satu nama Allah. Itu jelas sebuah kesalahan, sebab masa adalah waktu perjalanan dunia. Sebagian orang
mendefinisikan masa sebagai waktu bagi seluruh ketentuan Allah di dunia atau ketentuan-Nya atas setiap manusia sebelum mereka mati. Sebagian kaum Dahriyyah dan
Mu ’aththilah berpegang kepada zhahir hadits ini. Mereka mengangkatnya sebagai hujjah terhadap orang-orang jahil. Menurut mereka, tidak ada pencipta
selain itu. Cukuplah sebagai
bantahannya, sabda Nabi dalam hadits tersebut: ‘Aku-lah Pencipta masa, Aku-lah yang membolak-balik siang dan malam. ’ Mustahil ada
sesuatu yang membolak-balik dirinya sendiri!? Mahatinggi Allah dari apa yang mereka ucapkan !

”Yang benar, kata‘ad Dahr dlam
kalimat“anaddahr dibaca rafa’. Namun, Muhammad bin Dawud menyelisihinya. Imam al-Baghawi rahimahullah berkata dalam kitab Syarhus Sunnah (XII/358)“Ibnu
Dawud mengingkari riwayat ahli hadits yang berbunyi anaddahr”, ia berkata, ‘Sekiranya hadits itu seperti yang diriwayatkan oleh ahli hadits, berarti ad-dahr termasuk salah satu nama Allah.

’ Ia sendiri membacanya:“wa anaddahr, uqollibullaila wa annahaar”,menurutnya kata ad-Dahr dibaca nashab sebagai zharaf
(keterangan waktu), artinya,“ Aku-lah yang membentangkan masa dan
zaman, Aku-lah yang membolak-balikkan siang dan malam. Sejumlah
ulama lainnya mmbenarkan bacaan dengan merafa ’kan kata ad-dahr, mereka membacanya, fainnallaha huwaddahr”. Dalam masalah ini, Ibnu Dawud telah
menyelisihi Jumhur Ulama yang merafa ’kan kata ad-dahr, wallaahu a’lam. Al-Hafizh Ibnu Hajar menukil dalam kitabFathul Baari (X/575), perkataan Ibnul Jauzi
sebagai berikut: “Bacaan yang paling tepat adalah dengan merafa ’kan kata ad-dahr, hal itu dapat dilihat dari beberapa sisi:
Pertama, begitulah yang tercantum dalam riwayat-riwayat ahli hadits.
Kedua, kalaulah dibaca nashab,
maka takdir kalimatnya menjadi, Aku-lah yang membolak-balikkan masa.’Tidak ada penyebutan alasan pelarangan memaki masa.
Sebab, Allah sematalah yang
mendatangkan kebaikan dan
keburukan silih berganti. Berarti hadits itu bukanlah larangan memaki masa. Ketiga, riwayat (lah) yang menyebutkan “fainnallaha
huwaddahr”

(artinya: Sesungguhnya Allah itulah
(Pencipta)masa. Wallahu a ’lam bish-shawwab. Sumber:Ensiklopedi Larangan menurut Al-Qur ’an dan As-Sunnah, diterjemahkan oleh
Abu Ihsan al-Atsari (Pustaka Imam Syafi ’i, 2006), jilid I/87-91 buah karya Syaikh Salim bin ‘Ied al-Hilali , Al-Manaahisy Syar’iyyah fii
Shahiihis Sunnah an-Nabawiyyah.
Ukhti muslimah yang dirahmati Allah, … Mungkin sering kita mendengar beberapa ucapan seperti “I hate Monday” atau ucapan yang sering kita dengar di
kalangan ibu-ibu ketika hujan turun “gara-gara hujan pakaian jadi ga kering!” atau “gara-gara hujan terus menerus jalanan jadi becek, banjir dan susah keluar ”,
menyalahkan musim kemarau
sbagai penyebab kebakaran hutan, atau kepercayaan terhadap hari tertentu yang membawa sial dan yang semisalnya.1 Ternyata ucapan-
ucapan di atas dilarang oleh agama kita karena termasuk dalam kategori mencaci masa.

Mari kita simak penjelasan tentang masalah ini bersama syaikh Salim Ied Al-Hilali hafizhahullah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

BLOG SAHABATKU B*C



HADITS SHAHIH
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ قُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ أَيَنْحَنِى بَعْضُنَا لِبَعْضٍ قَالَ « لاَ ». قُلْنَا أَيُعَانِقُ بَعْضُنَا بَعْضًا قَالَ لاَ وَلَكِنْ تَصَافَحُوا
Dari Anas bin Malik, Kami bertanya kepada Nabi, “Wahai Rasulullah, apakah sebagian kami boleh membungkukkan badan kepada orang yang dia temui?”. Rasulullah bersabda, “Tidak boleh”. Kami bertanya lagi, “Apakah kami boleh berpelukan jika saling bertemu?”. Nabi bersabda, “Tidak boleh. Yang benar hendaknya kalian saling berjabat tangan” (HR Ibnu Majah no 3702 dan dinilai hasan oleh al Albani).

HITAM DI DAHI PERLU DI WASPADAI
SELAMAT ULANG TAHUN
14 SUMBER BEBERAPA MACAM PENYAKIT
DUA AYAT DI MALAM HARI
TAMBAHAN LAFAD SAYYIDINA
SHALAT YG PALING BERAT DI ANTARA 5 WAKTU
CARA SHALAT BAB BACAAN TASYAHUD AKHIR
LARANGAN MENCACI WAKTU/MASA
UNTUK PARA SUAMI
KESALAHAN KESALAHAN PADA SHALAT JUMA'T
DAHSYAT NYA SURAH AL-IKHLAS
TATA CARA BERDO'A SESUAI TUNTUNAN
PELIHARA JENGGOT ADALAH PERINTAH
BERBAGI CINTA DAN ILMU UNTUK KITA DAN SAHABAT
Terbentuknya Jagat Raya Menurut Pandangan Al-Quran