Assalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh..
Bila bumi telah kembali digenggam-Nya, langit terlipat di sisi-Nya, dihamparkan bumi mahsyar, direndahkn matahari, dibangkitkan manusia dalam berbagai bentuk, panas mahsyar mmbara membakar siapa saja yang bergelimang dosa, berjuta tahun berada dalam derita
“Ya Allah, yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang y an g Engkau kehendaki, dan Engkau cabut kerajaan dari orang y an g Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang y an g Engkau kehendaki, dan Engkau hinakan orang y an g Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Mahakuasa atas segala sesuatu. Engkau masukkan malam ke dalam siang, dan Engkau masukkan siang ke dalam malam. Engkau keluarkan y an g hidup dan yang mati, dan Engkau keluarkan y an g mati dari y an g hidup. Dan Engkau beri rezeki siapa y an g Engkau kehendaki, tanpa batas (Ali Imran ayat 26 dan 27)
Coba kita cermati ayat di atas dengan seksama, apakah kita sadar bahwa hakekat penciptaan kita sebagai hamba?Kemudian kita bandingkan perbuatan baik dan buruk yang kita lakukan. Mana yang lebih dominan? Kebaikan ataukah keburukan? Lebih cepat mana kebaikan ataukah keburukan yang kita lakukan? Lebih berat mana, kebaikan atau keburukan yang kita pikul? Ketahuilah bahwa semuanya itu ada balasannya, dan sungguh kita tidk dapt menghindar dari perhitungan Allah di padang mahsyar nanti.
Ketika kita menyadari hakekat penciptaan sebagai hamba, selayaknyalah kita melakukan apa yang ditetapkan, yaitu beribadah . Namun apa yang kita lakukan?Ketika datang seruan-seruan dari Allah Subhanahu wa Ta’ ala untuk taat dalam ibadah, untuk jihad, untuk beramar ma’ruf nahi mungkar, ternyata kita lemah sekali untuk merespon seruan itu . Seperti apakah kita ini? Bila kita adalah seorang mukmin sejati, mencintai Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rosul-Nya, tentu kita merasa geregetan, geram, sedih, pilu sekali, nggrestes, kenapa begitu lambat, begitu berat, bahkan enggan menyambut seruan-Nya dengan segera?
Apakah keadaan ini, karena jiwa-jiwa kita telah terperangkap dan terbelenggu dengan duniawi? Ataukah karena hati di dalam dada kita keras seperti batu karang?“Ya hasrota ‘ala ma farrothtu fi janbillah” , alangkah ruginya kita kelak di sisi Allah akan apa-apa yang telah kita terlantarkan dari kebaikan-kebaikan. Ketika kita sadar diri, apakah hati ini belum berubah, untuk khusyu’, roja, dan cinta kepada Allah dengan segala apa yang ada di sisi-Nya. Apakah kesadaran diri kita untuk menjadi hamba Ar-Rahman belum juga berubah? Apakah jasad ini belum juga mau melaksanakan perintah untuk menyambut seruan Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rosul- Nya dengan “saman wa thaatan?
Ataukah karena telah bergelimang dosa yang kita perbuat? Ataukah karena rasa rindu kita terhadap syurga yang dijanjikan Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak kita pupuk? Ataukah cinta sejati atau cinta buta kita kepada-Nya telah pudar? Atau karena rasa takut dan ngeri kita terhadap siksa neraka sudah hilang? Hanya kita yang dapat menjawabnya (jangan tanyakan kepada rumput yang bergoyang). Untuk itu, ingatlah apa yang Allah Subhanahu wa Ta’ala firmankan
”. Bila semua jawabannya belum, sungguh diri ini tak pantas memohon syurga . “Ya Allah, ya Robb, ampunilah kenistaan hamba-Mu ini”. Ingatlah, ketika ajal datang menjemput dan kita masih belum, belum dan belum berubah, lalu apa yang akan kita ucapkan nanti dihadapan Allah Subhanahu wa Ta’ala, yang tanpa bekal di saat kita melihat azab yang sangat, sangat pedih dan dahsyat? Apa yang akan kita katakan, saudara-saudaraku..?Sungguh Allah telah berikan petunjuk dalam Al-Qur’an bagi orang-orang yang merugi akan berkata “andaikan aku dapat kembali sejenak saja, maka aku akan menjadi orang baik-baik” (Az-Zumar ayat 58). Bila bumi telah kembali digenggam-Nya, langit terlipat di sisi-Nya, dihamparkan bumi mahsyar, direndahkn matahari, dibangkitkan manusia dalam berbagai bentuk, panas mahsyar mmbara membakar siapa saja yang bergelimang dosa, berjuta tahun berada dalam derita, disinilah berlaku kalam Allah,
“ dan di balaslah setiap jiwa sesuai amalnya dan Allah Maha Tahu apa y an g manusia kerjakan saat di dunia” (Az- Zumar ayat 70). Saudara-saudaraku, tidakkah kita merindukan ridho-Nya? Rindu syurga-Nya? Berharap limpahan rahmat-Nya? Butuh ampunan-Nya? Bila keinginan ini dapat dipenuhi, maka kuatkan dan hidupkan istijabah kita terhadap seruan Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rosul- Nya. Aku memperingatkan kita semua untuk lebih menghayati dan meraih dengan segera seruan-seruan Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rosul-Nya...semoga bermanfaat doa yang tertuang pada Surat Ali Imran ayat 26- 27 di atas....amiin.
Wassalamu alaikum warohmatullahi wabarakatuh
Tidak ada komentar:
Posting Komentar