web widgets

Jika Bumi telah Di Guncangkan

….- idzaa rujjati al-ardhu rajjaan - wabussati aljibaalu bassaan -
fakaanat habaa-an munbatstsaan”…|

apabila bumi digoncangkan
sedahsyat-dahsyatnya,dan gunung-gunung dihancur luluhkan seluluh luluhnya, maka jadilah ia debu yng beterbangan [QS Al
Waqi ’ah 4-5-6]
---------------------

Lalu bebatuan itu merintih. sejak kemarin api memukul-mukulkan wajahnya di bebatuan. di sungai yang mengalirkan darahnya kubaca keperihan bumi: yang tak tahu di mana lagi menyimpan kesumat ini?
begitu jauh aku terdampar di tanah yang tak lagi mengenalku bahkan aku makin asing pada pesta kema tianku yg bakal tiba ingin kumasuk lebih dalam untuk mengaduk-aduk udara yang panas!

Ya Rabb, di dunia-Mu yang semarak ini kenapa aku seperti tak mencium aroma manusia?

lalu bebatuan itu mrintih. matahari memandang garang di ujung jalan
yang akan memisahkan dunia ini
dengan dunia yang lain.

Gunung…

aku tak lagi paham dengan suara merdu dan rintihmu. ketika jiwamu bertengkar dengan maut di malam sunyi ini inilah perjalanan panjang bagi bebatuan. setelah hari-hari ditikam sejuta pisau waktu. tak ada lagi sesal dan harapan udara telah membawa senyum dan tangis pelayat ke dalam doa yang beterba ngan lalu bebatuan itu merintih.
tak ada lagi snyum yg dinyanyikan sungai jernih beraroma daun.
La hawla wala quwwata ila billah
--------------------

Bumi adalah segala sesuatu yang berfungsi sebagai fondasi, seperti
tanah misalnya.

Kata ‘rajja’

berarti mengguncangkan. Setiap
orang menginginkan stabilitas atau kemapanan, entah dalam rumah,
pergaulan dan hubungan, atau dalam perekonomian. Akan tetapi, orang-orang yng mencari stabilitas mutlak mengetahui bahwa yang demikian itu hanya dijumpai bila ada keimanan dan ketawakalan kepada Allah. Segala jenis stabilitas lainnya bersifat relatif. Sekalipun hal itu mungkin brlangsung selama hayatnya masih dikandung badan, sang pncari kebenaran pun menge tahui bahwa dunia dn alam semesta
sesungguhnya tengah menempuh perjalanan, dan bahwa fondasi
yg dijadikannya untuk membangun keamanan relatifnya bisa saja ter guncang dan dicabut dari dirinya.
Sewaktu mengalami guncangan, fondasi relatif yang rapuh, setelah
memenuhi tujuannya dalam siklus penciptaan ini, sudah berakhir. Bagi seseorang yang tengah menempuh jalan itu, kesengsaraan seperti itu dipandang sebagai bukti langsung cinta Allah Yang Mahabenar kepada dirinya. Karena itu, ia pun mencari fondasi yang lebih baik hingga ia
mnemukan fondasi sejati dari sgala fondasi. Massa yang padat, yang mencapai keseimbangan sesudah bumi mnjdi dingin, dgn mmberinya stabilitas relatif, akn hancur beter bangan dan berhamburan menjadi debu.

Orang beruntung yang memiliki intelek mulai menyadari bahwa apa yang dipahaminya sebagai ketang guhan fondasinya hanya ada dalam benaknya saja. Tak ada ssuatu pun di dunia ini yang abadi, entah kesehatan, kkayaan, maupun anak-anak.

Sesudah hal itu diketahui, kesadarn,
kesegeraan, dan urgensi pencarian kbenaran menjadi kesibukn utama dalam kehidupannya, dan seluruh aspek lainnya menjadi sekunder dn, krenanya, bisa ditrima kefanaannya.
Setelah fondasinya diguncang dan dihancurkan, terbangunlah sebuah
fondasi yang baru dan lebih kuat.
Ukuran hal-hal duniawi berpijak pada faktor-faktor waktu spesifik
yang sangat berbeda bila ada keberpalingan hati, yg menimbulkan
perubahan situasi seseorang. Ini adalah masalah sikap. Dihalaunya
hati dari dunia ini memang benar-benar sebuah peristiwa besar. Ini
adalah pngantar mnuju pengalamn tentang kehidupan sesudah mati.
Maka, hati pun tercerabut sepenuhnya dan memasuki keadaan
melampaui kebebasan.

Sebab, kebebasan hanya bermakna krena ada blenggu. Manusia mmpu mmahmi keadaan ini scra intelektual
dan eksperiensial hingga berbagai tingkatan kejelasan. Misalnya saja,
berbagai realitas kasatmata yang paling solid dalam kehidupan ini
adlh gunung-gunung yg mlabuhkn jubah bumi. Jika entitas entitas yng dipandang paling solid ini bisa dibebaskan, maka perhatikn hal-hal yang sama rapuhnya dngn segenap
pergaulan atau pemikiran.

"Lalu gunung-gunung itu pun berubah menjadi debu beterbangan
dan berhamburan."

Ktika peristiwa akhir itu terjadi, ada aliran-aliran pasti yang ke dlamnya setiap orang dipisahkan. Dalam dunia ini, alirn-alirn itu tidk diuraikn dgn jlas karna kita mempersepsikan segala sesuatu dalam berbagai tingkatan relatif, dan relativitas itu
mengaburkan berbagai uraian itu.
Wallahu a’lam bishowab

..............BC**JSIKURMA.................

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

BLOG SAHABATKU B*C



HADITS SHAHIH
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ قُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ أَيَنْحَنِى بَعْضُنَا لِبَعْضٍ قَالَ « لاَ ». قُلْنَا أَيُعَانِقُ بَعْضُنَا بَعْضًا قَالَ لاَ وَلَكِنْ تَصَافَحُوا
Dari Anas bin Malik, Kami bertanya kepada Nabi, “Wahai Rasulullah, apakah sebagian kami boleh membungkukkan badan kepada orang yang dia temui?”. Rasulullah bersabda, “Tidak boleh”. Kami bertanya lagi, “Apakah kami boleh berpelukan jika saling bertemu?”. Nabi bersabda, “Tidak boleh. Yang benar hendaknya kalian saling berjabat tangan” (HR Ibnu Majah no 3702 dan dinilai hasan oleh al Albani).

HITAM DI DAHI PERLU DI WASPADAI
SELAMAT ULANG TAHUN
14 SUMBER BEBERAPA MACAM PENYAKIT
DUA AYAT DI MALAM HARI
TAMBAHAN LAFAD SAYYIDINA
SHALAT YG PALING BERAT DI ANTARA 5 WAKTU
CARA SHALAT BAB BACAAN TASYAHUD AKHIR
LARANGAN MENCACI WAKTU/MASA
UNTUK PARA SUAMI
KESALAHAN KESALAHAN PADA SHALAT JUMA'T
DAHSYAT NYA SURAH AL-IKHLAS
TATA CARA BERDO'A SESUAI TUNTUNAN
PELIHARA JENGGOT ADALAH PERINTAH
BERBAGI CINTA DAN ILMU UNTUK KITA DAN SAHABAT
Terbentuknya Jagat Raya Menurut Pandangan Al-Quran